Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Dalam kajian kali ini, akan disampaikan tentang peristiwa Dukhan (Kabut/Asap), yang merupakan salah satu tanda menjelang akhir zaman (kiamat). Dan tentunya, sebagaimana biasa, analisa yang disajikan akan menggunakan metode numerik Al Qur’an.
Telah banyak kalangan tokoh-tokoh agama yang menyajikan kajian tentang hal ini, berlandaskan pada verbal terjemahan Al Quran dan referensi hadist-hadist shahih serta kitab ‘ulama. Untuk itulah, dalam kajian numerik Al Qur’an ini dihadirkan, dengan tujuan , Insyaa’ Allah, dapat melengkapi kajian-kajian yang ada sebelumnya.
Kajian ini, dimulai dengan mengamati posisi Qs. Ad Dukhan (Kabut) pada urutan kronologis diturunkannya, yakni sebagai surat yang diturunkan pada urutan ke 64.
Sedangkan pada posisi dalam mushaf Al Qur’an, surat ini diabadikan sebagai suratke 44. Atau dengan kata lain, “reposisi” surat ini mengalami pergeseran letak dengan selisih nilai nomor surat : 64 – 44 = 20.
Dengan hasil nilai selisih 20 ini, kemudian dikonversikan kepada surat yang berjumlah 20 ayat, yakni :
✒ Qs. Al Muzamil (yang berselimut)
✒ Qs. Al Balad (Negeri)
Dalam konteks peristiwa Dukhan (asap/kabut) yang merupakan salah satu tanda akhir zaman, kedua surat di atas (Qs. Al Muzamil dan Qs. Al Balad), yang memiliki arti “Yang berselimut” dan “Negeri”, dapat berkorelasi dengan makna gabungannya :
✒ Ad Dukhan : Kabut/asap
✒ Al Muzamil : Yang berselimut
✒ Al Balad : Negeri
Sehingga dengan gabungan ke 3 judul surat diatas, dapat dimaknai lebih lanjut yaitu sebagai peristiwa terjadinya “kabut/asap yang menyelimuti negeri-negeri”. Tentunya kabut yang begitu meluas kejadiannya, yang mendunia (seluruh negeri yang ada di muka bumi).
Qs. Al Muzamil berjumlah 20 ayat, begitu juga Qs. Al Balad pun berjumlah 20 ayat. Kedua nilai ini dijumlahkan menjadi : 20 + 20 = 40. Nilai 40 ini ternyata berkesesuaian dengan hadist yang menjelaskan, bahwa pristiwa terselimutinya dunia dengan kabut tersebut yaitu terjadi selama 40 hari.
Dan nilai 40 ini pun ternyata terkait juga dengan jumlah ayat dari ke 2 surat di bawah ini :
✒ Qs. Al Qiyamah (Kiamat), 40 ayat
✒ Qs. An Naba (Berita Besar), 40 ayat
Bukankah, peristiwa Dukhan ini merupakan “Berita besar” dan juga merupakan salah satu tanda yang terjadi menjelang hari “Kiamat” ?
Sebagai uraian lebih lanjut dari peritiwa besar di akhir zaman ini, kembali dijabarkan nomor surat dari Qs. 73 Al Muzamil dan Qs. 90 Al Balad, dengan penjabaran sbb :
✒ 73 + 90 = 163 dan
✒ 1 + 6 + 3 = 10
Lalu bila dirujuk juga kedua surat ini dengan sistem penomoran urutan kronologis turunnya surat, ternyata Qs. Al Muzammil diturunkan sebagai surat yang ke 3 sedangkan Qs. Al Balad diturunkan sebagai surat yang ke 35.
✒Berdasarkan nilai 3 dan 35 ini, kembali dijumlahkan menjadi : 3 + 35 = 38
✒ Dan nilai 38, ini pun kembali dijumlahkan : 3 + 8 = 11
Dalam konteks peristiwa Dukhan, maka selanjutnya ke 2 nilai di atas (10 dan 11) dikonversikan sebagai nomor ayat dari Qs. Ad Dukhan (Kabut), yaitu :
Qs. Ad-Dukhan : 10 – 11 :
“Maka tunggulah padahari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas (10), yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih (11)”.
Masyaa’ Allah.. demikian sempurna sistematika numeriknya. Menunjukkan keterkaitan yang sangat jelas, antara sistem numeriknya begitu juga dengan penjelasan verbal terjemahannya.
Masih terkait dengan nilai 20 dan 20 di atas, seperti yang banyak telah disampaikan oleh para tokoh agama belakangan ini (dengan merujuk pada hadist-hadist shahih, terkait peristiwa di akhir zaman), apakah peristiwa ini akan terjadi di tahun 2020 ini..??
Wallahu a’alam bishawab.
Kita hanya mampu berwaspada dalam keistiqamahan iman dan taqwa, agar kapan pun peristiwa itu akan terjadi, kita adalah termasuk kedalam golongan yang diselamatkan Allah (golongan orang yang beriman). Karena, nilai 40 tersebut juga terkait dengan Qs. 40 Al Mu’min (orang yang beriman).
Selanjutnya..
Nilai 64 (sebagai nomor urutan secara kronologis turunnya surat dari Qs. Ad Dukhan), bila dilihat sebagai urutan pada posisi urutan di mushaf Al Qur’an nya adalah Qs. 64 At Taghaabun (hari di ditampakkan kesalahan).
Yaa.. memang benarlah adanya, bahwa kelak pada peristiwa Dukhan tersebut, benar-benar akan diperlihatkan siapa-siapa yang diselamatkan dan yang tidak. Sesuai dengan kesalahan-kesalahan yang dilakukan sebelumnya. Akan terlihat jelas pada saat itu, orang-orang yang tidak beriman akan tersiksa bahkan musnah, dan sebaliknya, orang-orang yang beriman akan diselamatkan Allah.
Hal ini, secara numeriknya kembali diperlihatkan sistematikanya dengan penjumlahan dari nilai 64 dan 44 (keberadaan Qs. Ad Dukhan secara urutan kronologis turunnya dan sebagai urutan pada mushafnya), yakni :
✒ 44 + 64 = 108
✒Dan ternyata, urutan surat yang kronologisnya diturunkan sebagai surat ke 108, ternyata adalah Qs. At Taghaabun (Hari ditampakan kesalahan).
Subhanallah.. semoga kita termasuk golongan yang diselamatkan.
Kembali pada uraian di awal..
Dengan 2 posisi surat ini pada urutan kronologis turunnya dan sebagai urutan di mushafnya, yakni sebagai Qs. 44 dan Qs. 64, dapat kembali dijabarkan sbb :
A. QS. 64 AD DUKHAN (SEBAGAI SURAT YANG DITURUNKAN SEBAGAI SURAT KE 64)
Bila dikorelasikan dengan seluruh surat di Al Qur’an (1 s.d 114), posisi Qs. 64 ini, adalah sbb :
✒ Sebagai surat ke 64, berarti masih ada 63 surat sebelum surat ini (surat ke 1 sampai dengan surat ke 63) dan selanjutnya
✒ Masih ada 50 surat lagi setelahnya (surat ke 65 sampai dengan surat ke 114).
B. QS. 44 AD DUKHAN (SEBAGAI URUTAN DI MUSHAF YANG KE 44)
Bila dikorelasikan dengan seluruh surat di Al Qur’an (1 s.d 114), posisi Qs. 44 ini, adalah sbb :
✒ Sebagai surat ke 44, berarti masih ada 43 surat sebelum surat ini (surat ke 1 sampai dengan surat ke 43)
✒ Dan selanjutnya, masih ada 70 surat lagi setelahnya (surat ke 45 sampai dengan surat ke 114).
Perhatikan sistematika keterkaitan antara URAIAN A dan URAIAN B, di bawah ini :
✒ Pada URAIAN A, nilai 63 memiliki korelasi yang sangat erat dengan nilai 43 (pada URAIAN B).
✒ Karena ternyata, bila nilai 63 ini dikonversi sebagai nomor surat (berdasarkan kronologis turunnya) dan nilai 43 pun dikonversi sebagai nomor surat urutan di mushafnya, ternyata hasilnya adalah sama, yakni sebagai nomor surat dari Qs. Az Zukhruf.
✒ Sedangkan pada URAIAN B, nilai 70 yang memiliki korelasi yang sangat erat dengan nilai 44, karena Qs. 70 Al Ma’aarij ternyata berjumlah 44 ayat.
Selanjutnya..
Karena keterkaitan yang sama pada nilai 63 dan 43 di atas sebagai nomor surat yang sama, yakni Qs. Az Zukhruf, maka penjabarannya dapat dilanjutkan, sbb :
✒ Nilai 63 pada URAIAN A, dikonversikan sebagai NOMOR SURAT.
✒ Sedangkan nilai 43 (URAIAN B), dikonversikan sebagai JUMLAH AYAT.
✒ Dan ternyata nilai 43 ini merupakan jumlah ayat dari Qs. 13 Ar Ra’du (43 ayat) dan
✒ Dan nilai 50 (URAIAN A) dan nilai 70 (URAIAN B), tetap dikonversikan sebagai nomor surat.
Sehingga..
Dari URAIAN A, diperoleh 2 surat, yaitu :
✒ Qs. 63 AzZukhruf
✒ Qs. 50 Al Israa’
Dan dari URAIAN B nya, diperoleh 2 surat juga, yaitu :
✒ Qs. 13 ArRa’du
✒ Qs. 70 Al Ma’aarij
Perhatikan hasil dari penjumlahan 2 JUMLAH AYAT pada URAIAN A :
✒ Qs. 63 Az Zukhruf : 89 ayat
✒ Qs. 50 Al Israa’ : 111 ayat
✒ Penjumlahan ayatnya adalah : 89 + 111 = 200
✒ Sehubungan di Al Qur’an nomor surat tertingginya adalah 114, maka nilai 200 di atas, dikurangi nilai 114 terlebih dahulu, untuk mendapatkan nomor suratnya.
✒ Sehingga nomor suratnya adalah : 200 – 114 = 86
✒ Karena URAIAN A, terkait dengan sistem urutan kronologis turunnya surat, maka nilai 86 inipun dikonversikan sesuai nomor urutan kronologis turunnya.
✒ Dan ternyata surat yang diturunkan sebagai surat ke 86, adalah Qs. 86 Al Muthafifin
Perhatikan juga hasil dari penjumlahan 2 NOMOR SURAT pada URAIAN B :
✒ Qs. 70 dan Qs. 13, menjadi : 70 + 13 = 83
✒ Suratke 83, dalam urutan di mushaf Al Qur’an adalah Qs. 83 Al Muthafifin
Luar biasa, dengan 2 penjabaran yang berbeda di atas, ternyata hasil dari URAIAN A dan B, sama-sama menghasilkan Qs. Al Muthafifiin (Orang-orang yang curang).
Dalam konteks peristiwa Dukhan dari perolehan Qs. Al Muthafifiin ini, menjelaskan tentang golongan yang akan memperoleh balasan yang buruk, mereka benar-benar akan tersiksa dengan peristiwa Dukhan ini.
Tentunya kecurangan yang dimaksud di sini, bermakna sangat luas dalam berbagai aktifitas kehidupan. Karena dengan karakter yang curang ini tentu akan ikut menyertai pula sifat-sifat buruk yang lain, seperti kemunafikan dan kemusyrikan. Karena dalam setiap melakukan tindak kecurangan, tentu akan diiringi pula dengan karakter berbohong, tidak amanah dan berkhianat (3 ciri utama orang munafik).
Dan lebih jauh dari itu, untuk mencapai tujuan buruk dari kecurangan yang dilakukan, akan di ikuti pula dengan menyertakan bantuan-bantuan syetan terkutuk, dalam bentuk praktek perdukunan, bersekutu dengan jin. Tentunya tindakan-tindakan ini sudah masuk dalam dosa kemusyrikan.
Setelah dibahas tentang golongan yang akan sangat tersiksa pada peristiwa Dukhan tersebut, bagaimana dengan golongan yang akan diselamatkan ?
Mari kita kembali pada uraian dari Qs. Ad Dukhan.
Dalam 2 uraian sebelumnya (URAIAN A dan B), dibahas tentang 2 posisi dari Qs. Ad Dukhan, yang berjumlah 59 ayat.
Karena uraian di atas terkait dengan 2 posisi dari Qs. Ad Dukhan, maka selanjutnya jumlah ayatnya pun (59 ayat), diperhitungkan 2 kali. Atau nilai 59 ayat ini dikalikan 2, sehingga menjadi : 59 x 2 = 118
Terkait dengan apakah nilai 118 ini ?!
Ternyata nilai 118 ini terkait dengan jumlah ayat dari Qs. Al Mu’minuun (Orang-orang yang beriman).
Yaa.. demikianlah adanya, kelak pada peristiwa Dukhan tersebut, golongan orang-orang yang beriman, insyaa Allah, akan terlindungi dan diselamatkan.
Sebagai penjabaran pelengkap dan juga uraian penutup dalam kajian kali ini, kembali kepada nilai, 64.
Bila dikonversikan sebagai jumlah ayat, adalah merupakan jumlah ayat dari Qs. 24 An Nuur (Cahaya). Kemudian, bila nilai 24 ini diambil juga surat ke 24, dari surat terakhir di urutan mushaf Al Qur’an, yakni jatuh pada Qs. 91 Asy Syams (Matahari).
Kedua surat ini Qs. An Nuur (Cahaya) dan Qs. AsySyams (Matahari) pun terkait dengan peristiwa Dukhan tersebut, dimana selama 40 hari akibat Dukhan yang begitu tebal dan meluas ke seluruh negeri di dunia ini, sehingga cahaya matahari sampai tertutup, dan terjadi kegelapan total di seluruh dunia.
Untuk lebih menjelaskan tentang peristiwa Dukhan yang akan menutupi cahaya matahari ini, perhatikan juga tabel di bawah ini, yang terbagi dalam 3 kolom, di mana setiap kolomnya terbagi dalam 38 surat (nomor-nomor suratnya DIURUTKAN sesuai dengan urutan kronologis turunnya surat).
Catatan :
▶ Landasan 114 surat di bagi kedalam 3 kolom ini (sehingga masing-masing kolom berjumlah 38 surat) adalah sesuai dengan “rumusan” dari Qs. 38 Shaad, yang secara urutan kronologis turunnya dan juga posisinya dalam urutan mushaf Al Qur’an, TETAP BERADA pada posisi urutan ke 38.
▶ Selain itu, nilai 38 ini pun diambil sebagai rujukkan karena terkait dengan “rumusan” jumlah ayat dari Qs. Muhammad (38 ayat), sebagai sang penerima wahyu Allah (114 surat di Al Qur’an).
Perhatikan Qs. 64 Dukhan yang berada pada KOLOM TENGAH (kolom ke 2). Surat ini (lihat baris ke 26) diapit oleh 2 surat, yakni :
✒ Kolom 1 : Qs. 26 AsySyams (Matahari)
✒ Kolom 2 : Qs. 64 Ad Dukhan (Kabut)
✒ Kolom 3 : Qs. 102 An Nuur (Cahaya)
Ke 3 surat ini (TULISAN BERWARNA MERAH) semakin menjelaskan tentang peristiwa Dukhan tersebut, dimana akibat kabut/asap yang demikian tebal, maka seluruh permukaan bumi terselimuti/tertutup dan dipenuhi oleh kabut. Sehingga cahaya matahari pun tak dapat menembusnya, terjadi kegelapan total..!
An Nuur dengan peristiwa Dukhan. Lantas bagaimana keterkaitan kedua surat ini bila ditinjau melalui tabel surat sesuai urutan mushafnya ?
Untuk itu, mari kembali kita amati korelasi dari Qs. Asy Syams dan Qs. An Nuur, dengan merujuk pada tabel berdasarkan nomor-nomor surat sesuai dengan urutan pada mushaf Al Qur’an (LIHAT TULISAN BERWARNA MERAH).
Sama halnya dengan tabel sebelumnya, pembagian daftar 114 ini pun dibagi dalam 3 kolom, dimana masing-masin kolomnya terdiri dalam 38 surat. (LIHAT TABEL yang ke 2 di bawah).
A. KETERKAITAN DENGAN QS. 91 ASY SYAMS (MATAHARI)
Posisi Qs. 91 Asy Syams, ternyata tepat berada pada baris ke 15, sama dengan jumlah ayat dari surat ini yakni 15 ayat. Dan pada urutan ke 15 di kolom pertama tepat jatuh pada Qs. Al Hijr yang bila disetarakan lafadznya (Hijr) memiliki kesetaraan dengan lafadz Hajr yang berarti batu.
Sedangkan pada kolom ke 2 nya, tepat jatuh pada Qs. 53 An Najm (Bintang), yang merupakan “benda langit”. Lalu apabila judul surat dari ke 3 surat ini pemaknaannya ini digabungkan :
▶️ Qs. 15 Al Hijr, bersetaraan dengan hajr (batu)
▶️ Qs. 53 Najm (Bintang) : benda langit.
▶️Qs 91 Asy Syams (Matahari) : benda langit yang memiliki suhu panas sangat tinggi
Dapat menjadi makna yang berkaitan yaitu : Bebatuan – Pecahan dari bintang (bintang berekor/meteor) – yang memiliki kadar hawa panas tinggi.
Terkait dengan konteks peristiwa Dukhan, hal inilah yang menjadi sebab terjadinya keadaan Dukhan saat itu. Dimana “hujan batu meteor” yang datang dari arah langit dan bersuhu panas sangat tinggi dan kemudian terjadi pula “gesekan” ketika melintasi atsmosfir menuju bumi, mengakibatkan peristwa dahsyat berupa Dukhan (kabut) yang luar biasa tebal dan akan menyelimuti serta menutupi dunia.
B. KETERKAITAN DENGAN QS. 24 AN NUUR (CAHAYA)
Posisi Qs. 24 An Nuur ini, berada pada baris ke 24, berada pada kolom pertama. Sedangkan pada kolom keduanya adalah Qs. 62 Al Jum’ah dan kolom ke tiga nya adalah Qs. 100 Al ‘Aadiyat.
Perhatikan kolom keduanya, dimana tepat jatuh pada surat ke 62 (Al Jum’ah / Hari Jum’at). Nilai dari nomor surat ini (62), ternyata juga merupakan jumlah ayat dari Qs. 53 An Najm (pada penjabaran A di atas). Dan sama-sama berada pada kolom yang ke 2.
Dengan keterkaitan ini, menunjukkan sebuah “indikasi/tanda” keterkaitan “hujan batu/meteor” dari langit ini dengan “hari Jum’at”. Apakah ini merupakan sebuah pesan, bahwa peristiwa itu akan terjadi pada hari Jum’at ? Wallahu a’lam.
Lantas bagaimana keterkaitan peristiwa Dukhan ini dengan Qs. 100 Al ‘Aa diyat (Kuda Perang) ?
Perhatikan verbal terjemahan dari surat ke 100 ini pada 4 ayat awalnya :
“Demi kuda yang berlari kencang (1), dan kuda yang memercikan api (2), dan kuda yang menyerang tiba-tiba pada waktu subuh/pagi (3), sehingga menerbangkan debu (4)
Bila makna ini dikorelasikan dengan peristiwa “hujan batu meteor”, akan menggambarkan sebuah keadaan yang memiliki kesamaan makna, dimana hujan batu meteor tersebut bagaikan “kuda-kuda” yang “berlari kencang” menghampiri bumi, memercikkan api (tentunya api akan menghasilkan panas), sehingga memberikan dampak debu yang berterbangan (debu di sini adalah perumpaan makna dampak kabut yang terjadi).
Pemaknaan di atas akan semakin jelas dengan sistematika numerik dari lafadz yang terkandung pada lafadz judul surat ini, yakni ‘Aadiyat (عديت) yang bila dijabarkan nilai abjad numeriknya adalah :
▶️ ع : Abjad ke 18
▶️ د : Abjad ke 8
▶️ ي : Abjad ke 30
▶️ ت : Abjad ke 3
Sehingga jumlah seluruhnya adalah : 18 + 8 + 30 + 3 = 59.
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, bahwa nilai ini sangat terkait dengan Qs. Ad Dukhan, karena nilai ini (59) adalah merupakan jumlah ayat dari Qs. Ad Dukhan.
Artinya, dapat disimpulkan, bahwa Qs. Al ‘Aadiyat ini pun memiliki keterkaitan yang erat dalam penjelasan dari peristiwa Dukhan itu sendiri. Terlebih bila secara lengkapnya lafadz judul ini diambil kelengkapannya dengan disertai huruf awalnya (ال) yang bernilai 31, sehingga total keseluruhan dari lafadz ini menjadi :
▶️ 31 + 18 + 8 + 30 + 3 = 90
▶️ Nilai ini terkait dengan penjabaran di awal tentang Qs. 90 Al Balad (20 ayat)
Kembali pada Qs. 62 (Al Jum’ah) pada kolom kedua. Surat ini berjumlah 11 ayat, sehingga bila dijumlahkan nomor surat dan jumlah ayatnya akan menghasilkan nilai :
▶️ 62 + 11 = 73
▶️ Nilai ini pun ternyata sangat terkait dengan penjabaran di awal tentang Qs. 73 Al Muzammil (Yang berselimut), dengan jumlah 20 ayat.
Subhanallah, Alhamdulillaah, Allahu Akbar dan segala pujian hanya untuk Allah semata, yang telah menata dan menetapkan setiap kejadian di akam semesta ini, sedemikian sempurna kerapian sistematikanya, termasuk “tercatat” pula kesempurnaan itu dalam setiap makna tersurat dan tersirat yang terkandung dalam Kitab Suci-Nya, Al Qur’an Al Kariim, Kitab Petunjuk tentang segala kejadian dan peristiwa yang telah DitetapkanNya.
________________________________________________
Referensi-referensi lain tentang peristiwa Dukhan :
Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Hudzaifah bin Usaid radhiallahu’anhu, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian melihat sepuluh tanda : bencana penenggelaman manusia ke tanah di negeri barat, negeri timur dan di jazirah Arab, terjadi ad Dukhan, munculnya dajjal, munculnya dabbah, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari barat, munculnya api yang keluar cekungan Aden yang mengusir manusia” (HR. Muslim no.2901).
Dari Abu Malik Al Asy’ari radhiallahu’anhu, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Sesungguhnya Rabb kalian memperingatkan kalian dari tiga hal : asap/Dukhan yang jika mengenai orang Muslim maka mereka merasakan seperti pilek, sedangkan jika mengenai orang kafir maka mereka akan sesak nafas dan keluar cairan dari kuping mereka, kemudian yang kedua munculnya dabbah dan yang ketiga munculnya dajjal” (HR. Thabrani, dihasankan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, 7/235).
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Akan datang Dukhan (asap) kepada manusia di hari kiamat, yang memasuki pernapasan mereka, sehingga mereka akan merasakan seperti pilek” (HR. Muslim no.2798).
Dalam riwayat Hudzaifah bin Usaid radhiallahu’anhu, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda :
“Dukhan itu memenuhi timur dan barat. Tinggal selama 40 hari. Untuk orang mukmin, mereka terkena paparan sehingga seperti orang pilek. Sementara orang kafir, seperti orang mabuk. (Tafsir at-Thabari, 25/68).
Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Pada ummat ini akan terjadi (di akhir zaman) penenggelaman bumi, hujan batu dan pengubahan rupa”, ada seorang dari kaum muslimin yang bertanya, “Kapankah peristiwa ini akan terjadi ?”, Rasulullah menjawab, “Apabila musik dan biduanita telah merajalela dan khamr telah dianggap halal” (HR. Tirmizi No. 2212, Ibnu Majah No. 4060).
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Abdullah bin Abu Malikah, ia berkata :
“Pada suatu pagi saya pergi kepada Ibnu Abbas. Maka ia berkata, “Malam tadi aku tidak dapat tidur sampai pagi”. Aku bertanya, “Apa sebabnya”, beliau menjawab : “Karena orang-orang berkata bahwa bintang berekor sudah terbit, maka saya cemas akan kedatangan Dukhan yang sudah mengetuk pintu, sehingga saya tidak dapat tidur sampai pagi”.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mencantumkan perkataan Ali bin Abi Thalib yang berbunyi :
“Dukhan belum terjadi, orang mukmin akan menjadiseperti orang pilek. Lalu asap itu menghembus orang kafir sampai binasa.” (Tafsir Ibn Katsir, 7/249).
Selain itu, Ibnu Umar pun mengatakan :
“Akan keluar Dukhan, lalu orang mukmin terkena imbasnya hingga seperti orang pilek. Lalu asap ini masuk ke telinga orang kafir dan munafik sehingga kepala mereka seperti kepala hewan panggang.” (Tafsir at-Thabari, 22/17).
Setelah Ibnu Katsir menyebutkan riwayat yang mendukung tentang keberadaan Dukhan di masa mendatang, lalu beliau mengatakan :
Demikian pendapat masalah Dukhan, dari kalangan sahabat, dan tabiin, disertai hadis marfu’, yang shahih, hasan, maupun yang lainnya, yang kami sebutkan, merupakan dalil yang jelas bahwa Dukhan termasuk tanda kiamat yang masih ditunggu (belumdatang), disamping itu sesuai dengan makna teks al-Quran. (Tafsir Ibn Katsir, 7/249)
Akhirul kalam, demikian tulisan singkat ini penulis sampaikan. Semoga menjadi motivasi, agar kita ummat Islam selalu mewaspadai setiap peristiwa besar yang akan terjadi di akhir zaman, dalam keistiqamahan iman dan taqwanya.
AamiinYaaRabbal ‘Aalamiin..
Wassalam
SyaifulHusein – 0813 1724 9922
@Jawara2020-Numerik Al Quran