Ramadhan dan Struktur Surat Al Quran

Alhamdulillahirabil’aalamin kita kembali dipertemukan dengan bulan mulia Ramadhan di tahun 1445 H ini.

Telah beberapa uraian kami sampaikan mengenai sistematika keterkaitan antara Al Quran dan bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan betapa keduanya (Al Quran dan Ramadhan) memang memiliki kekhususan yang sangat perlu dikaji, direnungkan dan dipahami serta diamalkan.

Untuk itu, kali ini kembali kami sampaikan sebuah kekhususan tersebut dalam rangka menyikapi bulan Ramadhan tahun ini, yang Insyaa Allah lebih baik lagi kualitas amal ibadahnya, dari tahun yang lalu.

Kembali kita perhatikan nomor urut dari bulan Ramadhan yakni sebagai bulan ke 9. Bila dikaitkan nilai 9 ini dengan jumlah ayat, ternyata hanya ada satu surat yang berjumlah 9 ayat yaitu Qs. 104 Al Humazah (Pengumpat). Dalam konteks arti judul suratnya (Al Humazah/Pengumpat) telah disampaikan pada posting sebelumnya (Bulan Ramadhan dan Taubat).

Kali ini nilai 9 ayat tersebut dikaitkan dengan 114 surat di Al Quran yang memiliki nomor ayat ke 9, atau dengan kata lain diambil surat-surat yang mangandung nomor ayat ke 9, sehingga terbentuk formasi sebagai berikut :

  • Ada 96 surat yang memiliki nomor ayat ke 9. Atau ke 96 surat ini jumlah ayatnya adalah sama dengan dan atau lebih besar dari 9.
  • Berarti diluar 96 surat tersebut masih ada 18 surat lagi yang jumlah ayatnya lebih kecil dari 9 ayat.

Perolehan formasi 96 surat dan 18 surat ini, bila dikonversikan menjadi nomor surat adalah :

  • Surat ke 96 adalah Qs. Al ‘Alaq surat yang pertama kali diwahyukan kepada Rasulullah Muhammas saw.
  • Surat ke 18 adalah Qs. Al Kahfi (Gua). Hal ini adalah merupakan simbolik dari tempat dimana wahyu pertama tersebut disampaikan oleh Jibril as, yaitu di sebuah gua (Hira).
  • Sehingga pada akhirnya (secara berangsur-angsur) seluruh surat Al Quran yaitu 114 surat (96 + 18), secara lengkap diterima oleh Rasulullah Muhammad saw.

Berlandaskan sistem 9 ayat pada formasi 96 surat diatas, berarti seluruhnya berjumlah : 96 x 9 ayat = 864 ayat.

Nilai 864 inipun bila dijumlahkan ke 3 angkanya menghasilkan nilai : 18 (8+6+4). Dimana nilai 18 inipun terkoneksi dengan Qs. 18 Al Akhfi sebagaimana uraiannya di atas. Formasi 96 surat ini, dapat dilihat pada tabel berikut :

Selain itu ada sebuah keunikan pada nilai 864 ini, dimana ke 3 angkanya terdiri dari bilangan genap (8, 6 dan 4). Ke 3 bilangan tersebut masing-masing memiliki selisih 2, atau 8-6=2 dan 6-4=2. Dan keunikan lainnya bila dikonversikan menjadi nilai 86 dan 64, selisihnya pun mengandung nilai 2 atau 86-64=22.

Dengan asumsi ini, bila nilai 86 dan 64 tersebut dikonversikan menjadi nomor surat adalah :

– Qs. 86 Ath Thaariq, 17 ayat

– Qs. 64 . At Taghaabun, 18 ayat.

Perhatikan ke 4 nilai yang diperoleh, yakni nomor suratnya 86 dan 64 lalu jumlah ayatnya 17 dan 18. Bila dijumlahkan keseluruhannya adalah : 86 + 64 + 17 + 18 = 185.

Lalu bila nilai 185 ini kembali dikoneksikan dengan sistem nilai 2 (nilai selisih dari 8,6 dan 4 di atas), dan kemudian dikonversikan sebagai nomor surat ke 2 dan ayatnya sebagai ayat ke 185 (Qs. 2 Al Baqarah 185), sangat jelas keterkaitannya dengan awal diturunkannya Al Quran ke muka bumi ini, ayat tersebut artinya :

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa diantara kamu hadir pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari yang ditinggalkannya pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur”

Ayat ini kembali memperjelas uraian diatas, mengenai keterkaitan Al Quran yang diturunkan di bulan Ramadhan.

Dari perolehan jumlah ayat dari Qs. 86 dan Qs. 64 di atas, yakni 17 ayat dan 18 ayat pun sangat terkait dengan pristiwa turunnya Al Quran, yakni :

A. Al Qur’an Turun di Malam ke 17 Ramadhan

Seperti yang diketahui umum bahwa Al Qur’an pertama kalinya turun pada malam ke 17 bulan Ramadhan yaitu pada malam Lailatul Qadr.

Dengan uraian yang sangat sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

• Ayat Al Qur’an seluruhnya berjumlah 6236 ayat.

• 6 + 2 + 3 + 6 = 17

• Apabila nilai 17 tersebut dikonversikan kedalam nomor surat maka jatuh pada surat Al Isra’ (Perjalanan Malam).

• Sedangkan judul surat yang berhubungan dengan malam lailatul qadr adalah surat ke 97 (Al Qadr).

Sehingga terbentuk skema sebagai berikut :

Dari pristiwa di awal turunnya Al Quran tersebut ternyata Allah sudah mengindikasikan tentang kelengkapan seluruh firmanNya (114 surat) yang akan diturunkan dan dirisalahkan kepada Rasulullah.

B. Surat yang Pertama Kali Turun

Dengan uraian yang juga sederhana seperti uraian diatas, dapat digambarkan sebagai berikut :

• Surat yang pertama turun adalah surat ke 96 (Al ‘Alaq)

• Surat tersebut turun di gua Hira’.

• Judul surat tentang gua adalah surat ke 18 (Al Kahfi)

• Sehingga terbentuk skema sebagai berikut :

Kembali dari penjabaran tentang awal turunnya Al Quran, Allah telah mengindikasikan tentang kelengkapan jumlah 114 surat di Al Quran.

Merujuk kepada surat ke 17 dan 18 di atas, keduanya bertemu dalam 1 juz, yakni juz ke 15. Dengan formasi sebagai berikut :

  • Qs. 17 Al Israa’ : 1 – 111  = 111 ayat
  • Qs. 18 Al Kahfi  : 1 – 74 = 74 ayat
  • Jumlah ayat di Juz 15 = 111 + 74 = 185 ayat

Bukankah nilai 185 ini kembali terkait dengan Qs. 2 Al Baqarah di atas ? Luar biasa, sistematika yang sempurna bukan ?

Setelah membahas formasi 96 surat, selanjutnya mari perhatikan formasi 18 suratnya. Ke 18 surat tersebut ternyata terbagi seimbang yakni :

  • 9 surat berjumlah ayat GENAP
  • 9 surat berjumlah ayat GANJIL
  • Kembali nilai 9 disini terkait dengan bulan Ramadhan (bulan ke 9)

Formasi ke 9 pasang surat tersebut adalah :

Ada sebuah keunikan dari keseimbangan sistem 9 di atas, yakni :

  • Jumlah nomor surat dan ayat pada kelompok GANJIL adalah 898
  • Jumlah nomor surat dan ayat pada kelompok GENAP adalah 989
  • Nilai jumlahnya saling bercermin : 898 dan 989
  • Nilai 9 nya ada 3 atau : 9 x 3 = 27. Nilai 2 + 7 = 9
  • Nilai 8 nya ada 3 atau : 8 x 3 = 24. Nilai 2 + 4 = 6
  • Perolehan nilai 9 dan 6 atau 96 kembali terkorelasi dengan sistem 96 surat di atas (Formasi 96 surat)
  • Jumlahnya : 898 + 989 = 1887
  • Bila nilai 1887 ini dipilah menjadi masing-masing 2 digit (genap dan ganjil), dan dikonversikan menjadi surat, adalah : Qs. 18 Al Kahfi, 110 ayat dan Qs. 87. Al A’laa, 19 ayat
  • Perhatikan jumlah ayatnya yaitu : 110 + 19 = 129

Begitu pula dengan konsep awalnya dengan sistem nilai 96 dan 18, bila dikonversikan sebagai surat yakni Qs. 96 Al ‘Alaq, 19 ayat dan Qs. 18 Al Kahfi, 110 ayat, pun hasil jumlah ayatnya adalah : 110 + 19 = 129.

Sebagai uraian penutup, perhatikan jumlah ayat dari formasi 9 pasang surat di atas, dimana kelompok Genapnya adalah 60 ayat dan kelompok Ganjilnya adalah 43 ayat. Nilai 60 dan 43 ini ternyata memiliki sistematika yang saling terkait, karena :

  • Qs. 60 Al Mumtahanah berjumlah 13 ayat dan
  • Qs. 13 Ar Ra’du berjumlah 43 ayat
  • Nilai awalnya 60, berakhir dengan nilai 43
  • Jumlah dari ke 4 nilai tersebut adalah : 60 + 13 + 13 + 43 = 129.

Ternyata hasil akhir dari ketiga uraiannya, kembali ke sistem nilai 9 lagi. Karena nilai 129 adalah sama dengan jumlah ayat dari Qs. 9 At Taubah dan bulan ke 9 adalah Ramadhan (bulan taubat). Kembali terlihat sebuah sistematika numerik yang luar biasa, masyaa’ Allah.

Akhirul kalam,  demikian penjabaran kali ini, semoga di bulan Ramadhan tahun ini, kita mampu meraih nilai kualitas taubat yang sejati, sehingga kembali fitrah demi menjelang kehidupan akhirat yang abadi.

Aamiin Yaa Rabbal’aalamiin

Marhaban Yaa Ramadhan…

Salam 2568

Syaiful Husein

AKURASI SISTEMATIKA BASMALAH DI AL QURAN

Telah berulangkali dipaparkan tentang banyak hal terkait sistematika basmalah di Al Quran, yang dapat dibaca kembali pada posting artikel-artikel sebelumnya.

Dan kali ini kembali akan diutarakan sebuah sistematika sempurna, sesuai judul di atas.

Sebagaimana diketahui, lafadz basmalah selalu diletakan di awal surat (kecuali pada Qs. 9 At Taubah).

Awal muasal lafadz basmalah ada pada Qs. 27 An Naml 30.

Dengan rujukan “rumus” peletakan lafadz basmalah “di awal pembuka surat”, maka bila qs. 27 ; 30 ini ditempatkan sebagai ayat pertama, dan selanjutnya dihitung jumlah ayatnya sampai dengan ayat terakhir di Al Quran (Qs. 114 An Naas ayat 6) atau :

▶️ Mulai dari Qs. 27:30 sampai dengan Qs. 114:6, seluruhnya berjumlah 3048 ayat

▶️ Dengan kata lain, ayat ke 3048 dari ayat terakhir Al Quran (Qs. 114:6) adalah Qs. 27 An Naml 30.

Nilai 3048 dan 2730, memiliki kesetaraan pada nilai 30 nya (sebagai nomor ayat).

Untuk itu, dari perolehan nilai 3048 tersebut, nilai 30 nya dikonversikan menjadi nomor ayat dan nilai 48 nya dikonversikan sebagai nomor surat, maka diperoleh Qs. 48:30.

Sudah kita ketahui bersama, tentu qs. 48 (Al Fath) ayat ke 30 tidak ada pada urutan di mushaf Al Quran, karena jumlah ayat dari Qs. 48 Al Fath, hanya 29 ayat saja.

Namun, bila dilihat di surat ke 48 (pada urutan Al Quran berdasarkan kronologis urutan turunnya), maka urutan surat yang diturunkan sebagai surat ke 48 adalah, Qs. An Naml juga !!

Artinya Qs. 48 An Naml 30 (pada urutan kronologis turunnya surat) adalah sama dengan Qs. 27 An Naml 30 (urutan di mushaf), yang sama-sama keduanya merupakan ayat yang terkandung di dalamnya lafadz basmalah.

Selain itu, nomor surat 48 dan 27, selisihnya adalah :

▶️ 48 – 27 = 21

Terkait dengan apakah nilai 21 ini?

Dalam lafadz ayat di surat An Naml ayat 30, disebutkan juga nama dari nabi Sulaiman as. atau nabi urutan ke 21 (dari 25 nabi yang wajib diimani ummat Islam). Dan, bukankah surat An Naml dikenal juga dengan sebutan lainnya yaitu : surat Sulaiman? Karena dalam surat inipun dikisahkan tentang sejarah dari nabi Sulaiman as.

Selanjutnya bila nilai 21 dikonversikan menjadi urutan surat yang diturunkan sebagai surat ke 21, adalah Qs. An Naas. Sedangkan diurutan mushaf, surat An Naas diposisikan sebagai surat ke 114 (terakhir).

Kemudian, perhatikan kembali nilai 21. Bila dikaitkan dengan surat yang berjumlah 21 ayat, adalah Qs. 92 Al Lail. Penjumlahan nilai nomor surat dan jumlah ayatnya adalah : 92+21=113.

Perolehan nilai 114 di dan 113 di atas kembali terkait dengan sistematika basmalah, di Al Quran, yakni :

▶️ Ada 114 surat di Al Quran dan
▶️ Ada 113 surat yang diawali oleh basmalah.

Kembali ke Qs. Al Lail yang berjumlah 21 ayat.

Dalam urutan kronologis turunnya, surat ini diturunkan sebagai surat ke 9. Sedangkan surat ke 9 diurutan mushaf adalah surat At Taubah.

Hal ini menjelaskan, bahwa diantara 113 surat yang diawali oleh basmalah tersebut, hanya satu surat yang tidak berawalkan basmalah yakni, Qs. At Taubah.

Dan luar biasanya lagi, ternyata dalam urutan kronologis turunnya, Qs. At Taubah diturunkan sebagai surat ke 113.

Untuk mempermudah pemahaman di atas, bisa lihat tabel di bawah ini, yakni daftar nomor urut surat di Al Quran, berdasarkan urutan kronologis turunnya.

Printed by 2568

Masya Allah, begitu sempurna sistematika numerik dari Allah swt. Semuanya terkait dengan harmoni yang indah tanpa cacat.

Demikian artikel kali ini. Semoga bermanfaat.

Syaiful Husein – 2568

فلسطين

Kali ini kajian Numerik Al Quran, akan membahas tentang kekhususan negara Palestine yang terdapat di areanya, salah satu wilayah suci umat Islam, yakni Masjidil Aqsha.

🇵🇸 Penjabaran abjad dari nama فلسطين 🇵🇸

Bila diperhatikan tulisan Palestine (فلسطين) :

🇵🇸 Diawali dengan huruf FA : ف

Hal ini sama dengan huruf awal dari judul surat PERTAMA di Al Quran, qs. Al Faatihah (الفاتحة)

🇵🇸 Diakhiri dengan huruf NUN (ن) :

Hal ini sama dengan huruf awal dari judul surat TERAKHIR (surat ke 114), di Al Quran, qs. An Naas (الناس)

Kedua huruf pembuka dan penutup ini menggambarkan, tentang betapa pentingnya Palestine (khususnya Aqsha) dalam pembelajaran ilmu Al Quran. Dimana banyak peristiwa penting baik dimasa lalu, saat ini dan masa depan, terjadi wilayah ini.

Dua huruf ditengah yang berdiri tegak :

🇵🇸 Huruf LAM (ل), huruf ke 23
🇵🇸 Huruf THA (ط), huruf ke 16

Gabungan huruf ke 16 dan 23 ini adalah setara dengan jumlah ayat dari 28 surat Madaniyah : 1623 ayat.

Hal ini menunjukan sistematika keterkaitan antara Aqsha dan Madinah. lihat posting artikel Keterkaitan antara Masjidil Haram, Masjidil Aqsha dan Madinah

Dan kelak, insyaa Allah, wujud dari masyarakat Madani akan segera tercipta di negeri ini.

Dua huruf lainnya :

🇵🇸 Huruf YA (ي), huruf ke 30
🇵🇸 Huruf SIN (س), huruf ke 12

Gabungan ke 2 huruf ini sama dengan judul surat ke 36 Yaasiin (يس).

Surat ini lah yang diabadikan di kubah masjid Shakhrah (صخرة), yang di dalamnya terdapat ‘batu syurga’ yang menjadi tumpuan saat rasulullah Muhammad saw akan isra’ mi’raj.

Nilai 36 merupakan Deret Hitung dari nilai 8, atau : 1+2+3+4+5+6+7+8=36. Hal ini sangat terkait dengan bentuk persegi 8 dari masjid Shakhrah tsb.

Selanjutnya..

Ada 3 huruf yang bertitik , yakni :

🇵🇸 huruf Fa : 20
🇵🇸 huruf Nun : 25
🇵🇸 huruf Ya : 30

Penjumlahan ke 3 huruf ini : 20+25+30=75

Surat ke 75 adalah Al Qiyamah, sangat sesuai dengan segala pristiwa penting di akhir zaman menjelang kiamat terkonsentrasi di wilayah Palestine ini, diantaranya :

🇵🇸 Khilafah Islam bangkit dengan kepimpinan Imam Mahdi
🇵🇸 Nabi Isa as diturunkan kembali
🇵🇸 Dajjal dibunuh Isa al masih
🇵🇸 Ya’juj Ma’juj dihancurkan

Tinjauan nilai abjad yang GANJIL dan yang GENAP :

Di dalam lafadz nama Palestine (فلسطين) terdapat 2 huruf yang nilainya GANJIL, yakni : 23 (ل) dan 25 (ن).

🇵🇸 Jumlahnya : 23+25=48. Surat ke 48 adalah Al Fath, Kemenangan

Dan ada 4 huruf yang nilainya GENAP : 12, 16, 20 dan 30

🇵🇸 Jumlahnya : 12+16+20+30=78. Surat ke 78 adalah Al Nabaa, Berita Besar

🇵🇸 Jumlah ayat dari Qs. 48 = 29 ayat

🇵🇸 Jumlah ayat dari Qs. 78 = 40 ayat

🇵🇸 Sehingga total ayatnya menjadi : 69 ayat

🇵🇸 Qs. 69 adalah Al Haaqah yang juga bermakna kiamat

Semakin jelas, menjelang kiamat, BERITA BESAR dan KEMENANGAN Islam akan berkibar dari negeri ini.

Selain itu, nilai GENAP ke 4 huruf ini : 12, 16, 20, 30 bila diperhatikan nilai awal dan akhirnya adalah :

🇵🇸 12 dan 30, huruf Sin dan Ya

Sedangkan nilai di tengahnya 16 dan 20 atau :

🇵🇸 16+20=36 atau nomor surat dari qs. Yaasiin

Hasil jabaran ke 4 huruf nilai GENAP ini, kembali terkait ke uraian tentang Qs. 36 Yaasiin dan batu Shakhrah di atas.

Adapun jumlahnya 78 atau 7 + 8 = 15. Surat ke 15 adalah Al Hijr (Batu).

Hal ini semakin memperlihatkan sistematika yang sangat erat antara Kubah Batu (Shakhrah) dan Qs. 36 Yasin. Dan semakin menunjukkan pula betapa pentingnya hikmah ilmu di balik batu mulia ini, oleh sebab itu sangat perlu bagi kita untuk meng iqra’ serta mengkaji (melalui Al Quran) pesan-pesan keilmuan yang tersembunyi di balik batu syurga ini. Khususnya dalam keterkaitannya dengan akhirul zaman.

Selanjutnya, bila dijumlahkan ke 6 abjad dari kata فلسطين tsb adalah :

🇵🇸 12+16+20+23+25+30 = 126

Karena nilai 126 ini lebih besar dari nilai jumlah surat di Al Quran (114 surat), maka dilakukan 2 metode hitung yakni, dikurangi nilai 114 dan penjumlahan nilai 126 itu sendiri, sbb :


🇵🇸 Nilai 126 – 114 = 12
🇵🇸 Nilai 1+2+6=9
🇵🇸 Perolehan nilai 12 dan 9, dijumlahkan : 12+9=21

Surat ke 21 adalah Al Anbiyaa’, para nabi.

Sebagaimana telah dikenal secara umum, bahwa kota ini (dan sekitarnya) adalah kotanya para nabi. Dimana banyak nabi yang lahir/wafat dan bermukim serta berdakwah disini.

Nilai 12 di atas juga terkait dengan Qs. 12. Yuusuf, putranya nabi Ya’qub as, yang merupakan nenek moyangnya (cikal bakal) bani israil.

Sedangkan nilai 9 nya terkait dengan nabi ke 9, Ishaq as yang merupakan ayahnya nabi Ya’qub as.

Bila dijumlahkan ayat dari Qs. 12 dan Qs. 9 adalah :

🇵🇸 111 + 129 = 240.

Terkait dengan apakah nilai 240..?

Kembali ke nilai 126 di atas. Bila dikurangi nilai 126, menjadi : 240-126=114

Ada sebuah kombinasi numerik yang sangat terkait dengan nilai 240, 126 dan 114 yakni, surat ke 88 Al Ghaasyiyah, 26 ayat.

Sistematika keterkaitannya adalah sbb :

🇵🇸 Nilai lafadz Al Ghaasyiyah (الغاشية) adalah : 31+19+1+13+30+32 = 126
🇵🇸 Nomor surat + jumlah ayatnya : 88+26=114
🇵🇸 126 + 114 = 240

Sangat jelas keterkaitannya bukan ?

Arti dari judul surat ini adalah Hari Pembalasan.

Yaaa.. berawal dari gejolak di negeri para nabi inilah, segala bentuk kekejian dajjal laknatullah beserta kaki tangannya (Israel, AS, NATO dll), akan di balas berkali lipat dan diakhiri oleh azab Allah swt.

Semoga segera terwujud.

آمِيّن آمِيّنْ آمِــــــــــيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِــــــــــيْنَ َ

Sebagai uraian penutup, akan kita kaji sistematika keterkaitan basmalah dan Aqsha.

Sebagaiman diketahui lafadz basmalah bermula dari ayat di Qs. 27 An Naml 30 :

انه من سليمن وانه بسم الله الرحمن الحيم

Seluruh surat di Al Quran, kecuali surat ke 9 At Taubah, dibuka dengan basmalah.

Dalam lafadz utuh ayat dari Qs. 27:30 disebutkan nama salah satu nabi Allah, yakni Sulaiman as, dimana puncak kejayaan Palestine dan Aqsha ada di masa kepemimpinan beliau.

Artinya, keterkaitan nabi Sulaiman as, sistematika basmalah dan Aqsha sangat perlu diperhatikan dalam kajian ilmu Al Quran.

Terlebih bila diuraikan nilai numerik abjad dari lafadz nama Sulaiman as (سليمن) : 12+23+30+24+25= 114, atau sama dengan jumlah surat di Al Quran.

Sehingga, dapat dimaknai bahwa, seiiring dengan keutamaan basmalah, maka ilmu Al Quran pun sangat perlu dikoneksikan dengan Masjidil Aqsha.

Terlebih lagi, di era akhir zaman ini.

Dan yang tak kalah pentingnya, perlu diingat pula, bahwa perjalanan agung Rasulullah Muhammad saw saat Isra’ Mi’raj pun dengan menyinggahi terlebih dahulu Masjidil Aqsha, sebelum Mi’raj ke ‘Arsy, menerima perintah shalat. Sebuah pesan penting tentang keutamaan Masjidil Aqsha.

Begitu juga dengan pemaknaan kiblat shalat (sebelum berkiblat ke ka’bah), awalnya kiblat shalat ditujukan ke Masjidil Aqsha, artinya (dalam makna lebih dalam), bahwa kiblat kajian tentang ilmu Al Quran, selain dikoneksikan dengan Masjidil Haram, sangat perlu juga di “kiblat” kan atau diarahkan/difokuskan/dikoneksikan ke Masjidil Aqsha.

Terbukti bila dilihat dalam arti yang lain, ‘kiblat perhatian’ dunia saat ini, tertuju seluruhnya ke Masjidil Aqsha, dimana masyarakat Islam yang berjuang mempertahankannya, terus didzalimi oleh penjajahan zeonis Israel laknatullah.

Dengan penderitaan yang luar biasa, disertai keteguhan iman rakyat Palestine, mengakibatkan betapa banyak umat non muslim terkonsentrasi perhatiannya ke Islam, ke Al Quran. Bahkan tak sedikit yang akhirnya sampai tertarik dan dengan ikhlas memeluk Islam.

Di era akhirul zaman ini, Palestine dan Aqsha “kembali” menjadi “kiblat” dunia ..!

Semoga ini sebagai pertanda bahwa kebangkitan dan kejayaan Islam sudah sangat dekat. Insyaa Allah..

Demikian sekilas tentang kajian numerik kali ini, semoga bermanfaat.

Syaiful Husein – 2568

Wabah Virus

PENJELASAN TENTANG HAMA DAN VIRUS DI AL QUR’AN (Metode Paradigma Numerik dan Struktur Al Qur’an)

Sudah sejak awal tahun 2020, artikel ini kami tuliskan dan hanya disosialisasi di kalangan internal yang sangat terbatas saja. Namun seiring dengan berbagai pertimbangan yang ada, kami memutuskan untuk menyampaikannya kepada publik, dengan harapan dapat memberikan kemanfaatan yang lebih luas.

Dalam analisa kajian Numerik Al Qur’an, melihat sebuah konektifitas dan “petunjuk” yang sangat jelas korelasinya dengan HAMA dan VIRUS, yakni dengan memperhatikan keterkaitannya dengan 7 surat HAMIM.

Ke 7 surat tersebut adalah :

  • Qs. 40  Al Mu’min              :  85 ayat
  • Qs. 41 Hamim As Sajdah  :  54 ayat
  • Qs. 42 Asy Syuraa’             :  53 ayat
  • Qs. 43 Az Zukhruf              :  89 ayat
  • Qs. 44 Ad Dukhan              :  59 ayat
  • Qs. 45 Al Jaatsiyah            :  37 ayat
  • Qs. 46 Al Ahqaf                  :  35 ayat

Catatan : ke 7 surat ini dimulai dengan lafadz Ha Mim (حم) pada ayat pertamanya

Sebelum masuk lebih jauh, kedalam penjabaran dari ke 7 surat tersebut, mari kita analisa makna yang terkandung dalam lafadz Ha Mim (حم) yang memiliki kesetaraan “bunyi” dengan kata Hama. Yang pada analisa kali ini, akan diperlihatkan juga kaitannya dengan Virus.

Penjabaran I

  • Abjad Ha (ح) adalah abjad ke 6
  • Qs. 6 Al An’aam (Binatang Ternak) : 165 ayat
  • Nilai 165 dijumlahkan ke 3 digitnya : 1 + 6 + 5 = 12
  • Abjad Mim (م) adalah abjad ke 24
  • Qs. 24 An Nuur (Cahaya) : 64 ayat
  • Nilai 64 dijumlahkan ke 2 digitnya : 6 + 4 = 10

Penjabaran II

  • Nilai Ha (ح) = 6 dan Mim (م) = 24, bila ke dua nilai tersebut dijumlahkan menjadi : 6 + 24 = 30.
  • Selanjutnya karena surat-surat Ha Mim tersebut ada 7 surat, maka nilai 30 dikalikan 7, atau 30 x 7 = 210.
  • Nilai 210 ini adalah setara dengan hasil penjumlahan sistem deret hitung dari nilai 20, atau (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 13 + 14 + 15 + 16 + 17 + 18 + 19 + 20 = 210)

Penjabaran III

  • Secara khusus dalam konsep juz, ada 1 juz yang dinamakan dengan juz Ha Mim, karena juz ini dimulai oleh salah satu dari 7 surat Ha Mim, Dimana satu surat ini posisinya tepat berada di awal juz (Qs. 46 Al Ahqaaf).
  • Yakni Juz ke 26

Dari penjabaran I, II dan III diperoleh nilai 12, 10, 20, 30, dan 26 (lihat yang bercetak tebal MERAH di atas).

Selanjutnya bila ke 5 nilai ini dikorelasikan ke dalam abjad hijaiyah, sbb :

  • Abjad ke 12 : س
  • Abjad ke 10 : ر
  • Abjad ke 30 : ي
  • Abjad ke 20 : ف
  • Abjad ke 26 : و

Ke 5 abjad ini bila digabungkan akan membentuk lafadz فيروس atau VIRUS, dan lafadz sebelumnya yang bermula dari penjabaran kata Ha Mim (حم), terkoneksi dengan HAMA.

Selanjutnya, mari kita konversikan ke 5 abjad tersebut menjadi nomor surat di Al Qur’an, yakni :

Terbukti !! dengan penjabaran ke 5 abjad yang membentuk kata VIRUS, hasil penjumlahannya (642), bila dibaca dari arah KANAN (seperti tabel di atas) ternyata kembali kepada lafadz HA-MIM (abjad ke 6 dan ke 24)

Kita lanjutkan…

Sebagaimana diketahui bersama bahwa hama sangat terkait dengan virus, dimana hama tersebut adalah merupakan salah satu dari “pencetus” munculnya virus itu sendiri.

Khususnya bila kita perhatikan kaitan abjad ke 6 bila dikonversi menjadi surat ke 6 yaitu Al An’aam (Binatang Ternak/simbol tentang binatang), dimana hal ini menjelaskan bahwa “sasaran mangsa” dari hama tersebut “pada umumnya” adalah binatang ternak (dan binatang lainnya) dan tetumbuhan (yang termasuk juga merupakan makanan dari binatang ternak). Dan ketika hama tersebut melekat atau dikonsumsi oleh binatang, sangat mungkin untuk lahirnya kembali varian mikro-organisme baru di dalam tubuh binatang tersebut, yang diistilahkan dengan nama virus, yang pada akhirnya binatang yang telah terdampak mikro-organisme itu pun “sangat mungkin” dikonsumsi atau berinteraksi dengan manusia.

Selain itu, pada kenyataannya virus tersebut pun sebenarnya adalah merupakan makhluk hidup juga, yang dapat dikategorikan sebagai binatang (yang teramat sangat halus). Sebagaimana binatang ternak (simbol tentang binatang), virus pun hidupnya selalu berkoloni/berkelompok dengan jumlah yang tidak sedikit.

Dalam konteks Qs. 24 An Nuur (Cahaya), mengandung makna tentang “potensi penyebaran” dari hama virus ini (yang mampu menyebar cepat dan luas bagaikan cahaya), sehingga seiring dengan penyebaran tersebut tentunya berpotensi pula untuk penularan dampak buruknya.

Selain itu, makna lain dari cahaya di sini adalah : cahaya adalah merupakan zat yang “berwujud” teramat sangat halus, hal ini pun dapat menjelaskan tentang wujud dari virus pun demikian adanya, sehingga untuk melihat keberadaannya pun dibutuhkan alat khusus (pembesar).

Mungkin sementara pembaca, bertanya-tanya bagaimana mungkin bahasa Al Qur’an dapat dikaitkan dengan bahasa umum (di luar bahasa Arab), seperti kata-kata yang dimunculkan dalam penjabaran di atas (Hama dan Virus).

Namun bila diyakini Al Qur’an adalah sebagai Kitab petunjuk (pedoman) untuk segala hal/permasalahan yang ada di alam semesta ini, artinya bahasa di Al Qur’an adalah bahasa yang universal, dimana seluruh bahasa dan pengetahuan (tentang hal apapun itu), ada di dalamnya (secara tersurat dan tersirat). Hanya saja diperlukan analisa yang mendalam dan mengkajinya pun harus dengan menggunakan berbagai sudut pandang (Numerik dan Struktur Al Qur’an, dan tentunya termasuk juga Verbal terjemahannya).

Dalam Qs. 14 Ibrahim ayat 4 dikatakan :

“Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah (menyesatkan) siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”

Dalam konteks dengan berbagai macam rupa ilmu pengetahuan yang sudah ada sejak zaman dahulu hingga saat ini, bahkan di masa depan, Al Qur’an adalah merupakan Kitab Huda (Petunjuk/Pedoman) untuk seluruh ilmu yang pernah ada di sepanjang masa tersebut.

Artinya Al Qur’an (yang merupakan sumber dari seluruh ilmu yang ada), tentunya dapat memberikan petunjuk (penjelasan) tentang varian ilmu-ilmu tersebut. Bahkan di Al Qur’an pun tergandung di dalamnya “ilmu tersendiri” yang mampu menjelaskan ilmu-ilmu manusiawi yang pernah ada di sepanjang masa. Sehingga dalam tahap aplikasinya, Ilmu Al Qur’an mampu mengungguli sistematika ilmu-ilmu manusiawi, baik dari sisi efektifitas maupun efesiensinya. Sehingga disinilah bukti bahwa Al Qur’an (Firman Allah), dengan izin Allah, mampu menjadi solusi untuk mengantisipasi bahkan mengatasi setiap permasalahan yang ada di semesta ini.

Dalam kalimat yang dicetak tebal pada ayat di atas, disebutkan tentang setiap rasul diutus “dengan bahasa kaumnya” agar dia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka. Dalam konteksnya dengan Rasulullah Muhammad saw dan Al Qur’an, disini mengandung makna bahwa Al Qur’an yang dirisalahkan kepada Rasulullah tersebut pada masa hidupnya memang sudah pasti harus diturunkan “wahyunya/Al Qur’an” dengan bahasa Rasul dan kaumnya saat itu, yakni bahasa Arab.

Namun, Al Qur’an adalah Kitab Petunjuk Sepanjang Masa, artinya Al Qur’an sudah pasti mampu “berbahasa” dengan sangat spesifik dan detail dalam bahasa yang sangat khusus (bahasa kaum/bahasa kelompok/bahasa bidang studi), sesuai konteks bidang ilmu pengetahuan yang akan di jelaskan. Sehingga dengan bahasa universalnya, Al Quran akan mampu menjelaskan tentang seluruh ilmu pengetahuan (dalam bidang studi apapun), seperti ilmu-ilmu eksakta (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dll), ilmu sosial, ilmu ekonomi, ilmu hukum, seni dan lain sebagainya.

Dengan menyadari jangkauan bahasa Al Qur’an yang sedemikian luas, semakin membuktikan bahwa memang benar adanya bahwa Al Qur’an adalah Kitab Petunjuk untuk hal apapun itu, baik untuk kehidupan di dunia maupun akhirat. Sehingga semakin terbukti pula Al Qur’an yang Allah turunkan kemuka muka bumi ini kepada Rasulullah Muhammad saw, adalah untuk rahmat bagi sekalian alam, rahmat bagi setiap manusia, rahmat bagi setiap permasalahan yang ada, rahmat bagi seluruh ilmu pengetahuan yang ada, dan rahmat untuk hal apapun itu. Dan Al Qur’an adalah satu-satunya Kitab Allah yang mampu memberikan bimbingan untuk meraih seluruh rahmat tersebut agar terbimbing kepada satu arah yang jelas dan pasti yaitu : KETAUHIDAN.

Tiada tuhan selain Allah dan tidak satu ilmu pun yang mampu menandingi ilmu-ilmu Nya yang difirmankanNya dalam Al Qur’an. Artinya bahwa konsep Ketauhidan, harus pula diiringi dengan aplikasi pembuktian atas kebenaran Islam dan ilmu Al Qur’an sebagai sumber kebenaran atas segala ilmu, yang mampu menghadirkan rahmat bagi sekalian alam.

Kembali pada tema penjabaran tentang Hama dan Virus, dalam aplikasinya akan merujuk pada sistematika ke 7 surat Ha Mim di Al Qur’an, untuk mengantisipasi laju penyebaran virus dan sistem proteksi penularannya. Karena terkait dengan pesan dari surat ke 24 An Nuur di atas, Insya Allah, segala macam bentuk species virus dapat dijinakkan bahkan ditaklukan dengan “sistem cahaya” dari gelombang energi Al Qur’an, yang juga nama lainnya adalah An Nuur (Cahaya).

Makna cahaya disini pun dapat diartikan secara lebih luas, dimana banyak anjuran dalam Islam yang, Insyaa Allah, mampu menghadirkan “cahaya keberkahan” dalam mencegah manusia dari dampak buruk akan virus (dan penyakit lainnya), yakni ibadah shalat, menjaga wudhu, shaum (puasa), berzakat, berpakaian menutup aurat, dan lain sebagainya sesuai anjuran Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Selain itu, tentunya sebagai makhluk yang berakal, sudah selayaknya lah manusia pun harus memiliki pola hidup yang sehat dan bersih (tidak seperti kehidupan “binatang ternak” yang tidak paham akan kebersihan).

Karena terbukti, wilayah pencetus virus-virus berbahaya tersebut, acap kali muncul dan bermula dari wilayah-wilayah yang kelompok manusianya “berperilaku bagaikan binatang”, seperti : tidak memilih apa-apa yang harus dikonsumsinya, berakhlak buruk (bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasul).

Ada beberapa varian sistem baca dari sistem Ha Mim ini, namun konsep yang paling mendasar adalah dengan mengamalkan (membaca) ke 7 surat Ha Mim tersebut, demi terciptanya “atmosfir positif  Qur’ani” di sekitar kita dan lingkungan, untuk meredam laju penularan virus, khususnya virus Corona yang sangat mengancam belakangan ini. Bahkan, Insya Allah, mampu menonaktifkan virus berbahaya tersebut.

Demikian artikel singkat ini. Semoga bermanfaat.

Syaiful Husein

Tentang Maulud Nabi Muhammad SAW dan Sistem Penanggalan Islam (Sistem Hijiriyah)

Sekedar himbauan…

Terlepas dari 2 pendapat tentang pelaksanaan Hari Maulud Nabi Muhammad SAW, dimana ada yang melaksanakan dan ada juga yang melarangnya.

Inti dari penulisan ini adalah ingin menyampaikan, tentang sejauh manakah kita sudah mengenal dan mengetahui tanggal kelahiran kita menurut perhitungan penanggalan Hijriyah ? Dan lebih jauh lagi adalah, sebesar apakah kepedulian kita terhadap perhitungan penanggalan Islam tersebut (sistem Hijriyah) ?

Dalam kajian yang saya lakukan, sebagian besar jama’ah yang hadir tidak dapat menjawab dan mengetahui tanggal kelahirannya, bila dihitung dengan sistem penanggalan Hijriyah.

Bahkan, tidak hanya sampai disitu, ternyata setelah ditanyakan lebih lanjut tentang nama-nama bulan Islam (dari bulan pertama sampai bulan terakhir) pun, hampir semua tidak mengetahuinya.

  • Sedemikian tidak pentingnya kah, penanggalan sistem Hijriyah bagi ummat Islam ?
  • Sedemikian pentingnya kah, memperingati hari kelahiran (versi penanggalan Masehi), dengan mengabaikan sistem Hijriyahnya ?

Hari-hari utama yang begitu penting dalam keIslaman, dimana sebagiannya terkait pula dengan kaidah-kaidah ibadah, seluruhnya berdasarkan sistem penanggalan Hijriyah, seperti :

  • Nuzul Al Qur’an : 17 Ramadhan
  • Israa’ Mi’raj : 27 Rajab
  • Shaum : 1 – 29/30 Ramadhan
  • ‘Idul Fithri : 1 Syawal
  • Idhul Adha / Hajj : 10 Dzulhijjah
  • Tahun Baru Islam : 1 Muharam
  • Dan waktu-waktu penting keIslaman lainnya

Lantas, mengapa sistem penanggalan Islam (sistem Hijriyah) lebih TIDAK DIKENAL, bagi ummat islam itu sendiri..?

Sudah selayaknyalah, sebagai ummat Islam, kiranya harus peduli juga terhadap sistem penanggalannya.

Bukankah dalam firmanNya (Qs. 103 Al ‘Ashr), Allah bersumpah tentang waktu ?

FB_IMG_1598781017788

Artinya konsep waktu sedemikian vital dan sangat penting untuk diperhatikan !

Tentunya pesan yang dapat diambil dari sumpah Allah tersebut, selain kaidah-kaidah untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin, dengan amalan-amalan yang diwajibkan/disunnahkan, terkandung juga sebuah pesan penting, untuk memperhatikan tentang konsep perhitungan waktu itu sendiri, yakni sistem perhitungan masehi dan tentunya juga sistem penanggalan dalam Islam (Hijriyah) !!

Demikian disampaikan, semoga tulisan ini bermanfaat, demi menggugah kesadaran kita tentang kepedulian terhadap perhitungan waktu dalam Islam, sebagai ummat islam, tentunya SANGAT.. SANGAT.. SANGAT.. LAYAK UNTUK MENGETAHUINYA..

Wassalam

Syaiful Ipunk Husein – 0813 1724 9922

#Numerik_AlQuran

Ikhlash dan Totalitas

Artikel singkat tentang keikhlasan dan totalitas..

Surat ke 112 Al Ikhlash, terkandung di dalamnya tentang memurnikan ketauhidan, hanya kepada Allah.

Sebuah pesan tentang wujud totalitas dalam memurnikan keEsaan Allah, dimana ketergantungan seorang hamba, hanyalah kepada Allahu Shamad (Hanya kepada Allah tempat untuk meminta dan menggantungkan segala sesuatu). Yang tertera pada ayat ke 2 nya :

Allahu Shamad (Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu”. (Qs. 112 Al Ikhlash 2).

Bila dibalik nomor surat (112) dan nomor ayat (2) di atas, menjadi surat ke 2 Al Baqarah ayat ke 112, yakni :

“Tidak ! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (Qs. 2 : 112)

Kembali menjelaskan tentang sebuah wujud totalitas dalam ketauhidan.

LAA ILAHA ILALLAH

Tiada tuhan selan Allah, tidak ada yang patut dituhankan selain Allah, tidak ada tempat bergantung dan meminta, kecuali hanya kepada Allah..!!

Selanjutnya, nilai 112 + 2 : Jumlah surat di Al Qur’an.

Artinya… Kemana lagi kita akan menelusuri jalan ketauhidan, kalau bukan melalui petunjuk dari firmanNya sendiri, Al Qur’an Al Kariim..

Selain itu, surat Al Ikhlash, dalam urutan kronologisnya, diturunkan sebagai surat ke 22. Kemudian, nilai 22 ini kembali dikonversikan sebagai nomor surat di mushaf, yakni surat Al Hajj.

Rukun Haji, merupakan target dan tujuan/pencapaian akhir dalam Rukun Islam (Rukun ke 5/terakhir). Dimana dalam pelaksanaan ritual ibadah haji ini pun, mencerminkan sebuah wujud totalitas. Sebagaimana tercatat dalam perjalanan bersejarah nabi Ibrahim as, istrinya Siti Hajar dan putranya dan nabi Isma’il as. Bahkan nabi Ibrahim as pun dikenal sebagai Bapak Tauhid.

Perhatikan ayat terakhir dari Qs. 14 Ibrahim, (ayat ke 52), jelas sekali pesan tentang ketauhidannya :

“Dan (Al-Qur’an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran.”

Semoga bermanfaat..

Syaiful Husein – 0813 1724 9922

Tentang Ulul ‘Azmi

 

Ayat yang terkait tentang Ulul ‘Azmi tertera pada ayat di  Qs. 46 Al Ahqaaf 35 (ayat terakhir).

Surat ke 46 ini adalah surat awal di Juz 26 :
💫 Qs. 46 Al Ahqaaf : 1 -35 : 35 ayat
💫 Juz 26 adalah Juz Hamim
💫 Qs. 46 : Surat Hamim ke 7 (terakhir).

Berlandaskan pesan dari konsep Hamim ini, selanjutnya dijabarkan lebih jauh tentang konektifitasnya.

💫 Lafadz Hamim, bernilai 6 (Ha) dan 24 (Mim).
💫 Bila dituliskan angkanya adalah : 24-6
💫 Lalu digabungkan menjadi : 246.

Nilai 246 ini sangat terkait dengan jumlah ayat dari 1 juz sebelum juz 26 itu sendiri, yakni juz 25 (jumlah ayatnya 246).

Juz 25 ini, dimulai oleh 8 ayat dari Qs. 41 Hamim Sajdah (satu-satunya surat Hamim yang judul suratnya mengandung lafadz Hamim) :

💫 Awal dari juz 25 : Qs. 41. 47 – 54
💫 Ayat ke 47 – 54 : 8 ayat.

Note : Ayat ke 1 – 46 nya, ada di juz 24

Selain itu, pada juz ini seluruh suratnya termasuk kelompok surat-surat Hamim, yakni surat ke 41 s.d. surat 45.

Awal dari juz 25 dimulai dengan ayat ke 47 dari Qs. 41. Hal ini jelas terkait dengan sistem 25 nabi (yang di tutup oleh nabi ke 25 : Muhammad saw), karena jelas nilai 47 ini terkoneksi dengan Qs. 47. Muhammad.

Sedangkan pada juz 26 pun, setelah Qs. 46 nya, ternyata adalah surat ke 47 (Qs. Muhammad).

Karena terkait dengan sistem kenabian, maka tentu akan terkait dengan Qs. 21 Al Anbiyaa’ (Para Nabi).

Telah disampaikan dalam beberapa kali penjabaran sebelumnya, keterkaitan nilai 21 (Qs. 21 Al Anbiyaa’) dan nilai 25 (jumlah para nabi yang wajib diimani). Dimana ayat ke 25 dari Qs. 21 Al Anbiyaa’ ini menjelaskan tentang ‘benang merah’ dari risalah seluruh para nabi, yaitu tentang KETAUHIDAN.

Qs. 21.Al-Anbiyaa’ : 25
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan selain Aku maka sembahlah Aku.

Ternyata nilai 21 dan 25 ini pun terkait dengan nilai 46 → karena : 21 + 25 = 46 ( Qs. Al Ahqaaf)

Terkait dengan sistem kenabian, ada sebuah penjelasan khusus pada ayat terakhir dari Qs. 46 ini tentang nabi-nabi dengan kriteria Ulul ‘Azmi :

Qs. 46.Al-Ahqaaf : 35
Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul (Ulul Azmi) yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah tinggal hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan, kecuali kaum yang fasik.

Siapakah para nabi Ulul ‘Azmi tersebut ?

Mari kita kembali pada awal juz 25.

Karena nilai ini terkait dengan sistem nilai 21 (seperti telah dijelaskan di atas), maka selanjutnya akan diambil ayat ke 21 dari awal juz 25, yang jatuh pada Qs. 42 Asy Syuraa’ ayat ke 13, yakni :

Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan ‘Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya)._

Alhamdulillah terjawab.

Dengan sistematika numerik Al Qur’an di atas, Terbukti bahwa yang dimaksud dari 5 nabi Ulul ‘Azmi tersebut (lihat nama-nama nabi yang ada pada Qs. 42 ; 13 di atas) adalah :

💫 Nabi Nuh as : Nabi ke 3
💫 Nabi Ibrahim as : Nabi ke 6
💫 Nabi Musa as : Nabi ke 16
💫 Nabi ‘Isa as : Nabi ke 24
💫 Nabi Muhammas saw : Nabi ke 25

Memang pada ayat di atas, tidak menyebutkan lafadz nama nabi Muhammad saw, namun jelas bahwa ayat tersebut menjelaskan tentang rasulullah itu sendiri ( ….”dan telah Kami wahyukan kepadamu.. / Muhammad ).

Selain itu, bila kita jabarkan lebih jauh, lafadz dari Ulul ‘Azmi (اولواالعزم) hasilnya adalah :

💫 1+26+23+26+1+31+18+11+24 = 161
💫 Nilai 161 dikurangi 114
💫 161 – 114 = 47
💫 Qs. 47 Muhammad

Ternyata, hasil jabaran dari lafadz Ulul ‘Azmi, menghasilkan Qs. 47 Muhammad, yang lafadz namanya tidak tertera pada Qs. 42 : 13 di atas.

Artinya, disini kembali menjadi penegasan bahwa Rasulullah Muhammad saw pun, termasuk dalam nabi Ulul ‘Azmi.

Uraian penutup..

Jumlah nilai dari nomor urut kenabian (5 nabi Ulul ‘Azmi), di atas adalah :

💫 3 + 6 + 16 + 24 + 25 = 74
💫 Surat ke 74 adalah Qs. Al Mudatsir, 56 ayat
💫 Nilai 74 + 56 = 130

Terkait dengan apa nilai 130 ini dengan Ulul ‘Azmi ?

Mari kembali pada uraian awal (konsep dasar) di atas, tentang 2 nilai dari 2 surat di awal juz, yakni :

💫 Qs. 41 Hamim As Sajdah : 8 ayat
💫 Qs. 46 Al Ahqaaf : 35 ayat

Jumlah ke 4 nilai di atas adalah :

💫 41 + 8 + 46 + 35 = 130

Kembali terbukti sistematika konektifitas numeriknya..!

Masyaa’ Allah. Maha Sempurna Allah, dengan segala FirmanNya.

Terimakasih, semoga manfaat..

Wassalam..

Syaiful Husein

0813 1724 9922 (WA)

‘PENGULANGAN’ AZAB KAUM NABI LUTH AS

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh..

Telah kami sampaikan belakangan ini, beberapa artikel tentang tanda-tanda di akhir zaman.

Termasuk telah dijelaskan pula tentang peristiwa kejadian azab yang akan terjadi menjelang hari akhir (kiamat), yakni peristiwa Dukhan/asap dan munculnya Imam Mahdi.

Terkait dengan akhir zaman, tentunya sudah sama-sama diketahui juga, tentang akan diturunkannya kembali nabi Isa as, yang kelak akan ditugaskan untuk membunuh dajjal laknatullah.

Dan kemudian setelah itu, nabi Isa as, akan memimpin ummat Islam dengan adil, seadil-adilnya, diiringi pula dengan menyelesaikan tugasnya untuk meluruskan kembali kemurnian syari’at Islam, sesuai kemurnian awalnya sebagaimana yang telah Rasulullah Muhammad saw sampaikan.

Karena, pada kenyataannya sudah begitu banyak, kemurnian ajaran Islam, telah dinodai oleh propaganda busuk dan strategi keji dari dajjal laknatullah beserta para pengikutnya.

Dalam hubungannya dengan turunnya kembali nabi Isa as tersebut, terlebih dahulu diawali dengan persitiwa Dukhan yang akan menghukum dengan azab pedih bagi kaum yang tak beriman (lihat artikel sebelum ini tentang peristiwa Dukhan).

Dengan kajian numerik Al Qur’an, berikut ini akan disampaikan tentang azab pedih tersebut, yang pastinya juga akan menimpa sekelompok manusia pemuja maksiat sebagaimana yang pernah terjadi pada kaum nabi Luth as, yakni kaum homoseksual (LGBT).

Uraian kali ini, akan dimulai dengan keterkaitan sosok dari nabi Isa as, dimana keberadaan dan kelahirannya di Al Qur’an diabadikan di beberapa ayat, khususnya dalam penjabaran kali ini, akan difokuskan kaitannya dengan Qs. 19 Maryam, yang juga merupakan nama dari seorang wanita shaleha dan suci, ibundanya nabi Isa as itu sendiri.

Surat Maryam adalah surat ke 19. Dan dalam huruf hijaiyah huruf ke 19 adalah GHIN (غ). Atau dalam kesetaraan dengan huruf latinnya adalah huruf G, atau huruf ke 7.

Bila nilai 7 dan 19 ini dimasukkan ke dalam urutan kenabian dari 25 nabi, maka nabi ke 7 adalah nabi Luth as

Dan bila diurutkan dari nomor kenabian terakhir (25 / Rasulullah Muhammaf SAW), maka urutan nabi ke 19 (dari nabi terakhir) pun tepat jatuh pada nabi Luth as.
(Lihat tabel di bawah ini)

NOMOR URUT KENABIAN
————————————————————–
NO. NAMA NABI
—————————————————————-
01 Adam as → urutan ke 25 dari akhir*
02 Idris as
03 Nuh as
04 Hud as
05 Shaleh as
06 Ibrahim as
—————————————————————-
07 Luth as → urutan ke 19 dari akhir*
—————————————————————-
08 Isma’il as
09 Ishaq as
10 Ya’qub as
11 Yusuf as
12 Ayyub as
13 Dzulkifli as
14 Su’aib as
15 Yunus as
16 Musa as
17 Harun as
18 Ilyas as
19 Ilyasa as
20 Daud as
21 Sulaiman as
22 Zakaria as
23 Yahya as
24 ‘Isa as
25 Muhammad SAW →urutan ke 1 dari akhir*

Lalu, mari coba kita kalikan kedua nilai 7 dan 19 tersebut :

✒ 7 x 19 = 133
✒ Nilai 133 → 1 + 3 + 3 = 7

Nilai 133 tidak dapat dikonversikan sebagai nomor surat, karena nomor surat terakhir di Al Quran adalah 114.

Untuk itu nilai 133 terlebih dahulu dikurangi dengan nilai 114.

Sehingga :

✒ 133 – 114 = 19

Dari kedua metode hitung di atas, kembali diperoleh nilai 7 dan 19.

Dimana telah dijelaskan di atas, bahwa 7 adalah nomor kenabian dari nabi Luth as bila dihitung dari dari nabi pertama (Adam as)

Dan bila dihitung dari nomor kenabian terakhir (25) atau Rasulullah Muhammad SAW, maka nabi ke 19 dari akhir pun adalah nabi Luth as.

Ada apakah dari makna titik temu yang sama yaitu tepat pada nomor kenabian Luth as ?

Apakah azab pada zaman nabi Luth as akan terulang kembali, akibat kebejatan moral dan perilaku homoseksual yang sudah terang-terangan dilakukan saat ini ?

Qs. 11. Huud : 82

Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkir-balikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar.

15. Al-Ḥijr : 73 – 74

Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit (73), Maka Kami jungkir balikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar.(74).

Pesan-pesan tersirat telah terlihat, begitu juga dengan kejadian atas kebejatan moral dan kemaksiatan telah terjadi secara terang-terangan, hanya tinggal bagaimana kita menyikapinya dengan kesungguhan dalam memperbaiki keterpurukan nilai-nilai moral yang bahkan sudah dilegalkan oleh oknum-oknum kaki tangannya dajjal laknatullah. Sebelum azab pedih dari Allah ditimpakan ke muka bumi ini.

Selanjutnya, nilai 19 bila dikonversikan menjadi nomor surat adalah Qs. Maryam, atau ibundanya nabi ‘Isa as.

Lalu lebih lanjut, nilai abjad dari lafadz Maryam (مريم) ini dijabarkan sbb :

▶ Huruf م : huruf ke 24
▶ Huruf ر : huruf ke 10
▶ Huruf ي : huruf ke 30
▶ Huruf م : huruf ke 24

Sehingga jumlah seluruhnya :

✒ 24 + 10 + 30 + 24 = 88

Surat ke 88 adalah Qs. Al Ghaasyiah (Hari Pembalasan).

Bukankah pertemuan nabi ‘Isa as dan dajjal laknatullah merupakan salah satu tanda dari akhir zaman (kiamat), dan didahului pula sebelumnya dengan peristiwa yang akan ditimpakan azab pedih, sebagai balasan atas kemaksiatan dan berbagai keingkaran sebelumnya..?

Selanjutnya…

✒ Qs. 88 Al Ghaasyiah berjumlah 26 ayat.

Kembali kepada perhitungan awal yang diperoleh nilai 7 dan 19.

Bukankah bila kedua nilai ini dijumlahkan (7 + 19) = 26 ?

Dimana nilai ini (26) adalah merupakan jumlah ayat dari Qs. 88, Al Ghaasyiah.

Memperhatikan nilai 7 (nomor kenabian dari nabi Luth as), ada 2 nilai lagi dari nomor kenabian yang terkait dengan nilai 7, yakni :

✒ Nabi ke 16, Musa as
✒ Karena nilai 16 → 1 + 6 = 7
✒ Dan nabi ke 25, Muhammad SAW
✒ Karena nilai 25 → 2 + 5 = 7

Dari nilai 25 (nomor kenabian dari Rasulullah Muhammad SAW), menjelaskan bahwa memang pada kenyataannya, kita sebagai ummat Islam saat ini, adalah merupakan bagian dari era ummat dari Rasulullah Muhammad SAW (yang akan mengalami seluruh kejadian di akhir zaman)

Sedangkan keterkaitan dengan nabi Musa as, akan lebih jelas terlihat melalui perhitungan sebelumnya di atas, yaitu dari perkalian dari nilai 7 x 19 = 133.

Karena dari awal penjelasan di atas jelas terlihat hubungannya dengan nabi ke 7 (Luth as), maka mari kita buka Qs. 7 Al A’raaf ayat 133 :

“Maka, Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak, dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa”.

Dari ayat tersebut pun, ternyata menjelaskan tentang azab dari Allah SWT, atas perilaku manusia yang sudah melampaui batas dalam menentang segala aturan dan ketetapan Allah SWT, pada era zaman nabi Musa as.

Lebih jauh lagi terkait dengan nilai 7, kali ini nilai 7 di deret hitungkan menjadi :

✒ 1 + 2 + 3+ 4 + 5 + 6 + 7 = 28
✒ Nilai 28 ini kembali dikaitkan dengan kenabian, dimana nilai ini (28) ternyata adalah merupakan jumlah ayat dari Qs. 71 Nuh.

Sebagaimana diketahui, dalam sejarahnya, azab yang terjadi pada zaman nabi Nuh as, sangatlah luar biasa, karena sampai berdampak secara global dan mendunia.

Kedua hal ini pun sangat memungkinkan kembali akan terulang, mengingat kebejatan moral yang terjadi saat ini bukan hanya terkait dengan homoseksual saja, namun masih sangat banyak kebejatan (prostitusi, zina, riba, korupsi, kecurangan, penyiksaan dan pembunuhan) serta berbagai kedzaliman lainnya yang terjadi di muka bumi ini.

Lebih jauh lagi, bila kita perhatikan nilai dari nomor surat dan jumlah ayat dari Qs. Nuh, yakni nomor suratnya 71 dan jumlah ayatnya 28, lalu kedua nilai ini dijumlahkan maka :

✒ 71 + 28 = 99
✒ Qs. 99 adalah Az Zalzalah (Goncangan) yang juga menggambarkan tentang peristiwa kiamat.

Terkait dengan nilai 99 ini, terkait juga dengan lafadz dari Mahdi (مهدى), yang kemunculannya  juga merupakan salah satu tanda di akhir zaman. Lihat tulisan sebelumnya tentang hadirnya Imam Mahdi.

Selain itu, nilai 99 ini pun terkait pula dengan nilai dari lafadz nama dari nabi Luth as, yakni :

✒ Lafadz nama nabi Luth as (لوط)
– ل : Huruf ke 23
– و : Huruf ke 26
– ط : Huruf ke 16

✒ Jumlahnya adalah 65
✒ Dalam urutan mushaf surat ke 65 adalah Qs. At Thalaq
✒ Dan surat Ath Thalaq ini pada urutan kronologis turunnya, ternyata diturunkan sebagai surat ke 99

Keterkaitan ini semakin memperjelas korelasi antara azab yang pernah terjadi pada kaum nabi Luth as, pun sangat mungkin akan terjadi kembali pada akhir zaman ini, seiring dengan azab pada peristiwa Dukhan terjadi.

Bahkan, sangat memungkinkan juga, azab-azab seperti yang pernah terjadi pada zaman nabi Musa as dan nabi Nuh as tersebut, akan terulang kembali, mengiringi azab sebagaimana yang juga pernah terjadi di zaman nabi Luth as.

Wallahu a’lam..

Sebagai uraian penutup, telah disampaikan sebelumnya tentang peristiwa akhir zaman (Dukhan). Dimana surat Ad Dukhan ini, pada urutan di mushaf Al Qur’an diabadikan sebagai surat ke 44.

Dan bila nilai 44 ini dikorelasikan dengan nomor surat yang diturunkan (sesuai kronologisnya turunnya), ternyata surat yang diturunkan sebagai surat ke 44 adalah :

✒ Qs. Maryam (Ibunda nabi Isa as).

Tentang keterkaitan nilai 19 ini dengan peristiwa di akhir zaman, telah dijelaskan di atas.

Selanjutnya, bila nilai 19 (nomor surat Maryam pada urutan mushaf), ini dijumlahkan kedua nilainya (1 dan 9) : 1 + 9 = 10 dan kemudian nilai 10 ini dikonversikan sebagai nomor ayat dari Qs. Dukhan, adalah :

44. Ad-Dukhan : 10

“Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas”

Dengan keterkaitan (Qs. Maryam, turunnya Isa as dan Qs. Ad Dukhan) ini, menjelaskan bahwa, sudah barang tentu sekelompok orang yang melakukan dosa-dosa (sebagaimana yang pernah dilakukan juga oleh kaum pada masa nabi Luth as), akan terulang kembali azabnya, di akhir zaman. Bahkan jauh lebih dahsyat pedihnya. Sebagaimana yang telah dipaparkan dengan jelas dalam peristiwa Dukhan, baik melalui penjelasan berdasarkan Al Qur’an maupun hadist-hadist shahih.

—————————————————————-

Mengingat, berbagai tanda-tanda akhir zaman yang telah Rasulullah Muhammad saw sampaikan (melalui hadist-hadistnya) telah terlihat jelas di beberapa tahun belakangan ini.

Kembali penulis menyampaikan hal terkait azab pada zaman nabi Luth as (dan nabi-nabi lainnya) sangat mungkin kembali terulang, ditengah-tengah kebejatan moral yang jelas-jelas telah dilegalkan dan dianggap lumrah saat ini, bahkan sudah sampai mendunia.

Sebagai ummat Islam yang terus berupaya  istiqamah menjalankan aturan dan ketetapan Allah SWT, sudah sepatutnyalah kita perlu saling mengingatkan agar kita selalu dalam keadaan siap siaga serta waspada, dalam bentuk pertaubatan yang sesungguhnya. Demi terlindunginya orang-orang beriman yang tak bersalah, dari azab Allah SWT, akibat  segala perbuatan hina dari para penyembah syaitan yang terkutuk dan dajjal laknatullah.

Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin..

Semoga bermanfaat, wassalam

Syaiful Husein
@jawara2020 – Numerik Al Quran

PERISTIWA AKHIR ZAMAN (DUKHAN / KABUT / ASAP)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Dalam kajian kali ini, akan disampaikan tentang peristiwa Dukhan (Kabut/Asap), yang merupakan salah satu tanda menjelang akhir zaman (kiamat). Dan tentunya, sebagaimana biasa, analisa yang disajikan akan menggunakan metode numerik Al Qur’an.

Telah banyak kalangan tokoh-tokoh agama yang menyajikan kajian tentang hal ini, berlandaskan pada verbal terjemahan Al Quran dan referensi hadist-hadist shahih serta kitab ‘ulama. Untuk itulah, dalam kajian numerik Al Qur’an ini dihadirkan, dengan tujuan , Insyaa’ Allah, dapat melengkapi kajian-kajian yang ada sebelumnya.

Kajian ini, dimulai dengan mengamati posisi Qs. Ad Dukhan (Kabut) pada urutan kronologis diturunkannya, yakni sebagai surat yang diturunkan pada urutan ke 64.

Sedangkan pada posisi dalam mushaf Al Qur’an, surat ini diabadikan sebagai suratke 44. Atau dengan kata lain, “reposisi” surat ini mengalami pergeseran letak dengan selisih nilai nomor surat : 64 – 44 = 20.

Dengan hasil nilai selisih 20 ini, kemudian dikonversikan kepada surat yang berjumlah 20 ayat, yakni :

✒ Qs. Al Muzamil (yang berselimut)
✒ Qs. Al Balad (Negeri)

Dalam konteks peristiwa Dukhan (asap/kabut) yang merupakan salah satu tanda akhir zaman, kedua surat di atas (Qs. Al Muzamil dan Qs. Al Balad), yang memiliki arti “Yang berselimut” dan “Negeri”, dapat berkorelasi dengan makna gabungannya :

✒ Ad Dukhan : Kabut/asap
✒ Al Muzamil : Yang berselimut
✒ Al Balad : Negeri

Sehingga dengan gabungan ke 3 judul surat diatas, dapat dimaknai lebih lanjut yaitu sebagai peristiwa terjadinya “kabut/asap yang menyelimuti negeri-negeri”. Tentunya kabut yang begitu meluas kejadiannya, yang mendunia (seluruh negeri yang ada di muka bumi).

Qs. Al Muzamil berjumlah 20 ayat, begitu juga Qs. Al Balad pun berjumlah 20 ayat. Kedua nilai ini dijumlahkan menjadi : 20 + 20 = 40. Nilai 40 ini ternyata berkesesuaian dengan hadist yang menjelaskan, bahwa pristiwa terselimutinya dunia dengan kabut tersebut yaitu terjadi selama 40 hari.

Dan nilai 40 ini pun ternyata terkait juga dengan jumlah ayat dari ke 2 surat di bawah ini :

✒ Qs. Al Qiyamah (Kiamat), 40 ayat
✒ Qs. An Naba (Berita Besar), 40 ayat

Bukankah, peristiwa Dukhan ini merupakan “Berita besar” dan juga merupakan salah satu tanda yang terjadi menjelang hari “Kiamat” ?

Sebagai uraian lebih lanjut dari peritiwa besar di akhir zaman ini, kembali dijabarkan nomor surat dari Qs. 73 Al Muzamil dan Qs. 90 Al Balad, dengan penjabaran sbb :

✒ 73 + 90 = 163 dan
✒ 1 + 6 + 3 = 10

Lalu bila dirujuk juga kedua surat ini dengan sistem penomoran urutan kronologis turunnya surat, ternyata Qs. Al Muzammil diturunkan sebagai surat yang ke 3 sedangkan Qs. Al Balad diturunkan sebagai surat yang ke 35.

✒Berdasarkan nilai 3 dan 35 ini, kembali dijumlahkan menjadi : 3 + 35 = 38
✒ Dan nilai 38, ini pun kembali dijumlahkan : 3 + 8 = 11

Dalam konteks peristiwa Dukhan, maka selanjutnya ke 2 nilai di atas (10 dan 11) dikonversikan sebagai nomor ayat dari Qs. Ad Dukhan (Kabut), yaitu :

Qs. Ad-Dukhan : 10 – 11 :

“Maka tunggulah padahari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas (10), yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih (11)”.

Masyaa’ Allah.. demikian sempurna sistematika numeriknya. Menunjukkan keterkaitan yang sangat jelas, antara sistem numeriknya begitu juga dengan penjelasan verbal terjemahannya.

Masih terkait dengan nilai 20 dan 20 di atas, seperti yang banyak telah disampaikan oleh para tokoh agama belakangan ini (dengan merujuk pada hadist-hadist shahih, terkait peristiwa di akhir zaman), apakah peristiwa ini akan terjadi di tahun 2020 ini..??

Wallahu a’alam bishawab.

Kita hanya mampu berwaspada dalam keistiqamahan iman dan taqwa, agar kapan pun peristiwa itu akan terjadi, kita adalah termasuk kedalam golongan yang diselamatkan Allah (golongan orang yang beriman). Karena, nilai 40 tersebut juga terkait dengan Qs. 40 Al Mu’min (orang yang beriman).
Selanjutnya..

Nilai 64 (sebagai nomor urutan secara kronologis turunnya surat dari Qs. Ad Dukhan), bila dilihat sebagai urutan pada posisi urutan di mushaf Al Qur’an nya adalah Qs. 64 At Taghaabun (hari di ditampakkan kesalahan).

Yaa.. memang benarlah adanya, bahwa kelak pada peristiwa Dukhan tersebut, benar-benar akan diperlihatkan siapa-siapa yang diselamatkan dan yang tidak. Sesuai dengan kesalahan-kesalahan yang dilakukan sebelumnya. Akan terlihat jelas pada saat itu, orang-orang yang tidak beriman akan tersiksa bahkan musnah, dan sebaliknya, orang-orang yang beriman akan diselamatkan Allah.

Hal ini, secara numeriknya kembali diperlihatkan sistematikanya dengan penjumlahan dari nilai 64 dan 44 (keberadaan Qs. Ad Dukhan secara urutan kronologis turunnya dan sebagai urutan pada mushafnya), yakni :

✒ 44 + 64 = 108
✒Dan ternyata, urutan surat yang kronologisnya diturunkan sebagai surat ke 108, ternyata adalah Qs. At Taghaabun (Hari ditampakan kesalahan).

Subhanallah.. semoga kita termasuk golongan yang diselamatkan.

Kembali pada uraian di awal..

Dengan 2 posisi surat ini pada urutan kronologis turunnya dan sebagai urutan di mushafnya, yakni sebagai Qs. 44 dan Qs. 64, dapat kembali dijabarkan sbb :

A. QS. 64 AD DUKHAN (SEBAGAI SURAT YANG DITURUNKAN SEBAGAI SURAT KE 64)

Bila dikorelasikan dengan seluruh surat di Al Qur’an (1 s.d 114), posisi Qs. 64 ini, adalah sbb :
✒ Sebagai surat ke 64, berarti masih ada 63 surat sebelum surat ini (surat ke 1 sampai dengan surat ke 63) dan selanjutnya
✒ Masih ada 50 surat lagi setelahnya (surat ke 65 sampai dengan surat ke 114).

B. QS. 44 AD DUKHAN (SEBAGAI URUTAN DI MUSHAF YANG KE 44)

Bila dikorelasikan dengan seluruh surat di Al Qur’an (1 s.d 114), posisi Qs. 44 ini, adalah sbb :
✒ Sebagai surat ke 44, berarti masih ada 43 surat sebelum surat ini (surat ke 1 sampai dengan surat ke 43)
✒ Dan selanjutnya, masih ada 70 surat lagi setelahnya (surat ke 45 sampai dengan surat ke 114).

Perhatikan sistematika keterkaitan antara URAIAN A dan URAIAN B, di bawah ini :

✒ Pada URAIAN A, nilai 63 memiliki korelasi yang sangat erat dengan nilai 43 (pada URAIAN B).
✒ Karena ternyata, bila nilai 63 ini dikonversi sebagai nomor surat (berdasarkan kronologis turunnya) dan nilai 43 pun dikonversi sebagai nomor surat urutan di mushafnya, ternyata hasilnya adalah sama, yakni sebagai nomor surat dari Qs. Az Zukhruf.
✒ Sedangkan pada URAIAN B, nilai 70 yang memiliki korelasi yang sangat erat dengan nilai 44, karena Qs. 70 Al Ma’aarij ternyata berjumlah 44 ayat.

Selanjutnya..

Karena keterkaitan yang sama pada nilai 63 dan 43 di atas sebagai nomor surat yang sama, yakni Qs. Az Zukhruf, maka penjabarannya dapat dilanjutkan, sbb :
✒ Nilai 63 pada URAIAN A, dikonversikan sebagai NOMOR SURAT.
✒ Sedangkan nilai 43 (URAIAN B), dikonversikan sebagai JUMLAH AYAT.
✒ Dan ternyata nilai 43 ini merupakan jumlah ayat dari Qs. 13 Ar Ra’du (43 ayat) dan
✒ Dan nilai 50 (URAIAN A) dan nilai 70 (URAIAN B), tetap dikonversikan sebagai nomor surat.

Sehingga..

Dari URAIAN A, diperoleh 2 surat, yaitu :
✒ Qs. 63 AzZukhruf
✒ Qs. 50 Al Israa’

Dan dari URAIAN B nya, diperoleh 2 surat juga, yaitu :
✒ Qs. 13 ArRa’du
✒ Qs. 70 Al Ma’aarij

Perhatikan hasil dari penjumlahan 2 JUMLAH AYAT pada URAIAN A :

✒ Qs. 63 Az Zukhruf : 89 ayat
✒ Qs. 50 Al Israa’ : 111 ayat
✒ Penjumlahan ayatnya adalah : 89 + 111 = 200
✒ Sehubungan di Al Qur’an nomor surat tertingginya adalah 114, maka nilai 200 di atas, dikurangi nilai 114 terlebih dahulu, untuk mendapatkan nomor suratnya.
✒ Sehingga nomor suratnya adalah : 200 – 114 = 86
✒ Karena URAIAN A, terkait dengan sistem urutan kronologis turunnya surat, maka nilai 86 inipun dikonversikan sesuai nomor urutan kronologis turunnya.
✒ Dan ternyata surat yang diturunkan sebagai surat ke 86, adalah Qs. 86 Al Muthafifin

Perhatikan juga hasil dari penjumlahan 2 NOMOR SURAT pada URAIAN B :

✒ Qs. 70 dan Qs. 13, menjadi : 70 + 13 = 83
✒ Suratke 83, dalam urutan di mushaf Al Qur’an adalah Qs. 83 Al Muthafifin

Luar biasa, dengan 2 penjabaran yang berbeda di atas, ternyata hasil dari URAIAN A dan B, sama-sama menghasilkan Qs. Al Muthafifiin (Orang-orang yang curang).

Dalam konteks peristiwa Dukhan dari perolehan Qs. Al Muthafifiin ini, menjelaskan tentang golongan yang akan memperoleh balasan yang buruk, mereka benar-benar akan tersiksa dengan peristiwa Dukhan ini.

Tentunya kecurangan yang dimaksud di sini, bermakna sangat luas dalam berbagai aktifitas kehidupan. Karena dengan karakter yang curang ini tentu akan ikut menyertai pula sifat-sifat buruk yang lain, seperti kemunafikan dan kemusyrikan. Karena dalam setiap melakukan tindak kecurangan, tentu akan diiringi pula dengan karakter berbohong, tidak amanah dan berkhianat (3 ciri utama orang munafik).

Dan lebih jauh dari itu, untuk mencapai tujuan buruk dari kecurangan yang dilakukan, akan di ikuti pula dengan menyertakan bantuan-bantuan syetan terkutuk, dalam bentuk praktek perdukunan, bersekutu dengan jin. Tentunya tindakan-tindakan ini sudah masuk dalam dosa kemusyrikan.

Setelah dibahas tentang golongan yang akan sangat tersiksa pada peristiwa Dukhan tersebut, bagaimana dengan golongan yang akan diselamatkan ?

Mari kita kembali pada uraian dari Qs. Ad Dukhan.

Dalam 2 uraian sebelumnya (URAIAN A dan B), dibahas tentang 2 posisi dari Qs. Ad Dukhan, yang berjumlah 59 ayat.

Karena uraian di atas terkait dengan 2 posisi dari Qs. Ad Dukhan, maka selanjutnya jumlah ayatnya pun (59 ayat), diperhitungkan 2 kali. Atau nilai 59 ayat ini dikalikan 2, sehingga menjadi : 59 x 2 = 118

Terkait dengan apakah nilai 118 ini ?!

Ternyata nilai 118 ini terkait dengan jumlah ayat dari Qs. Al Mu’minuun (Orang-orang yang beriman).

Yaa.. demikianlah adanya, kelak pada peristiwa Dukhan tersebut, golongan orang-orang yang beriman, insyaa Allah, akan terlindungi dan diselamatkan.

Sebagai penjabaran pelengkap dan juga uraian penutup dalam kajian kali ini, kembali kepada nilai, 64.

Bila dikonversikan sebagai jumlah ayat, adalah merupakan jumlah ayat dari Qs. 24 An Nuur (Cahaya). Kemudian, bila nilai 24 ini diambil juga surat ke 24, dari surat terakhir di urutan mushaf Al Qur’an, yakni jatuh pada Qs. 91 Asy Syams (Matahari).

Kedua surat ini Qs. An Nuur (Cahaya) dan Qs. AsySyams (Matahari) pun terkait dengan peristiwa Dukhan tersebut, dimana selama 40 hari akibat Dukhan yang begitu tebal dan meluas ke seluruh negeri di dunia ini, sehingga cahaya matahari sampai tertutup, dan terjadi kegelapan total di seluruh dunia.

Untuk lebih menjelaskan tentang peristiwa Dukhan yang akan menutupi cahaya matahari ini, perhatikan juga tabel di bawah ini, yang terbagi dalam 3 kolom, di mana setiap kolomnya terbagi dalam 38 surat (nomor-nomor suratnya DIURUTKAN sesuai dengan urutan kronologis turunnya surat).

InShot_20200120_204422970
Catatan :
▶ Landasan 114 surat di bagi kedalam 3 kolom ini (sehingga masing-masing kolom berjumlah 38 surat) adalah sesuai dengan “rumusan” dari Qs. 38 Shaad, yang secara urutan kronologis turunnya dan juga posisinya dalam urutan mushaf Al Qur’an, TETAP BERADA pada posisi urutan ke 38.
▶ Selain itu, nilai 38 ini pun diambil sebagai rujukkan karena terkait dengan “rumusan” jumlah ayat dari Qs. Muhammad (38 ayat), sebagai sang penerima wahyu Allah (114 surat di Al Qur’an).

Perhatikan Qs. 64 Dukhan yang berada pada KOLOM TENGAH (kolom ke 2). Surat ini (lihat baris ke 26) diapit oleh 2 surat, yakni :

✒ Kolom 1 : Qs. 26 AsySyams (Matahari)
✒ Kolom 2 : Qs. 64 Ad Dukhan (Kabut)
✒ Kolom 3 : Qs. 102 An Nuur (Cahaya)

Ke 3 surat ini (TULISAN BERWARNA MERAH) semakin menjelaskan tentang peristiwa Dukhan tersebut, dimana akibat kabut/asap yang demikian tebal, maka seluruh permukaan bumi terselimuti/tertutup dan dipenuhi oleh kabut. Sehingga cahaya matahari pun tak dapat menembusnya, terjadi kegelapan total..!

An Nuur dengan peristiwa Dukhan. Lantas bagaimana keterkaitan kedua surat ini bila ditinjau melalui tabel surat sesuai urutan mushafnya ?

Untuk itu, mari kembali kita amati korelasi dari Qs. Asy Syams dan Qs. An Nuur, dengan merujuk pada tabel berdasarkan nomor-nomor surat sesuai dengan urutan pada mushaf Al Qur’an (LIHAT TULISAN BERWARNA MERAH).

Sama halnya dengan tabel sebelumnya, pembagian daftar 114 ini pun dibagi dalam 3 kolom, dimana masing-masin kolomnya terdiri dalam 38 surat. (LIHAT TABEL yang ke 2 di bawah).

DAFTAR SURAT DI MUSHAF

A. KETERKAITAN DENGAN QS. 91 ASY SYAMS (MATAHARI)

Posisi Qs. 91 Asy Syams, ternyata tepat berada pada baris ke 15, sama dengan jumlah ayat dari surat ini yakni 15 ayat. Dan pada urutan ke 15 di kolom pertama tepat jatuh pada Qs. Al Hijr yang bila disetarakan lafadznya (Hijr) memiliki kesetaraan dengan lafadz Hajr yang berarti batu.

Sedangkan pada kolom ke 2 nya, tepat jatuh pada Qs. 53 An Najm (Bintang), yang merupakan “benda langit”. Lalu apabila judul surat dari ke 3 surat ini pemaknaannya ini digabungkan :

▶️ Qs. 15 Al Hijr, bersetaraan dengan hajr (batu)

▶️ Qs. 53 Najm (Bintang) : benda langit.

▶️Qs 91 Asy Syams (Matahari) : benda langit yang memiliki suhu panas sangat tinggi

Dapat menjadi makna yang berkaitan yaitu : Bebatuan – Pecahan dari bintang (bintang berekor/meteor) – yang memiliki kadar hawa panas tinggi.

Terkait dengan konteks peristiwa Dukhan, hal inilah yang menjadi sebab terjadinya keadaan Dukhan saat itu. Dimana “hujan batu meteor” yang datang dari arah langit dan bersuhu panas  sangat tinggi dan kemudian terjadi pula “gesekan” ketika melintasi atsmosfir menuju bumi, mengakibatkan peristwa dahsyat berupa Dukhan (kabut) yang luar biasa tebal dan akan menyelimuti serta menutupi dunia.

B. KETERKAITAN DENGAN QS. 24 AN NUUR (CAHAYA)

Posisi Qs. 24 An Nuur ini, berada pada baris ke 24, berada pada kolom pertama. Sedangkan pada kolom keduanya adalah Qs. 62 Al Jum’ah dan kolom ke tiga nya adalah Qs. 100 Al ‘Aadiyat.

Perhatikan kolom keduanya, dimana tepat jatuh pada surat ke 62 (Al Jum’ah / Hari Jum’at). Nilai dari nomor surat ini (62), ternyata juga merupakan jumlah ayat dari Qs. 53 An Najm (pada penjabaran A di atas). Dan sama-sama berada pada kolom yang ke 2.

Dengan keterkaitan ini, menunjukkan sebuah “indikasi/tanda” keterkaitan “hujan batu/meteor” dari langit ini dengan “hari Jum’at”. Apakah ini merupakan sebuah pesan, bahwa peristiwa itu akan terjadi pada hari Jum’at ? Wallahu a’lam.

Lantas bagaimana keterkaitan peristiwa Dukhan ini dengan Qs. 100 Al ‘Aa diyat (Kuda Perang) ?

Perhatikan verbal terjemahan dari surat ke 100 ini pada 4 ayat awalnya :

“Demi kuda yang berlari kencang (1), dan kuda yang memercikan api (2), dan kuda yang menyerang tiba-tiba pada waktu subuh/pagi (3), sehingga menerbangkan debu (4)

Bila makna ini dikorelasikan dengan peristiwa “hujan batu meteor”, akan menggambarkan sebuah keadaan yang memiliki kesamaan makna, dimana hujan batu meteor tersebut bagaikan “kuda-kuda” yang “berlari kencang” menghampiri bumi, memercikkan api (tentunya api akan menghasilkan panas), sehingga memberikan dampak debu yang berterbangan (debu di sini adalah perumpaan makna dampak kabut yang terjadi).

Pemaknaan di atas akan semakin jelas dengan sistematika numerik dari lafadz yang terkandung pada lafadz judul surat ini, yakni ‘Aadiyat (عديت) yang bila dijabarkan nilai abjad numeriknya adalah :

▶️ ع : Abjad ke 18
▶️ د : Abjad ke 8
▶️ ي : Abjad ke 30
▶️ ت : Abjad ke 3

Sehingga jumlah seluruhnya adalah : 18 + 8 + 30 + 3 = 59.

Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, bahwa nilai ini sangat terkait dengan Qs. Ad Dukhan, karena nilai ini (59) adalah merupakan  jumlah ayat dari Qs. Ad Dukhan.

Artinya, dapat disimpulkan, bahwa Qs. Al ‘Aadiyat ini pun memiliki keterkaitan yang erat dalam penjelasan dari peristiwa Dukhan itu sendiri. Terlebih bila secara lengkapnya lafadz judul ini diambil kelengkapannya dengan disertai huruf awalnya (ال) yang bernilai 31, sehingga total keseluruhan dari lafadz ini menjadi :

▶️ 31 + 18 + 8 + 30 + 3 = 90
▶️ Nilai ini terkait dengan penjabaran di awal tentang Qs. 90 Al Balad (20 ayat)

Kembali pada Qs. 62 (Al Jum’ah) pada kolom kedua. Surat ini berjumlah 11 ayat, sehingga bila dijumlahkan nomor surat dan jumlah ayatnya akan menghasilkan nilai :

▶️ 62 + 11 = 73
▶️ Nilai ini pun ternyata sangat terkait dengan penjabaran di awal tentang Qs. 73 Al Muzammil (Yang berselimut), dengan jumlah 20 ayat.

Subhanallah, Alhamdulillaah, Allahu Akbar dan segala pujian hanya untuk Allah semata, yang telah menata dan menetapkan setiap kejadian di akam semesta ini, sedemikian sempurna kerapian sistematikanya, termasuk “tercatat” pula kesempurnaan itu dalam setiap makna tersurat dan tersirat yang terkandung dalam Kitab Suci-Nya, Al Qur’an Al Kariim, Kitab Petunjuk tentang segala kejadian dan peristiwa yang telah DitetapkanNya.

________________________________________________

Referensi-referensi lain tentang peristiwa Dukhan :

Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Hudzaifah bin Usaid radhiallahu’anhu, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian melihat sepuluh tanda : bencana penenggelaman manusia ke tanah di negeri barat, negeri timur dan di jazirah Arab, terjadi ad Dukhan, munculnya dajjal, munculnya dabbah, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari barat, munculnya api yang keluar cekungan Aden yang mengusir manusia” (HR. Muslim no.2901).

Dari Abu Malik Al Asy’ari radhiallahu’anhu, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Sesungguhnya Rabb kalian memperingatkan kalian dari tiga hal : asap/Dukhan yang jika mengenai orang Muslim maka mereka merasakan seperti pilek, sedangkan jika mengenai orang kafir maka mereka akan sesak nafas dan keluar cairan dari kuping mereka, kemudian yang kedua munculnya dabbah dan yang ketiga munculnya dajjal” (HR. Thabrani, dihasankan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, 7/235).

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Akan datang Dukhan (asap) kepada manusia di hari kiamat, yang memasuki pernapasan mereka, sehingga mereka akan merasakan seperti pilek” (HR. Muslim no.2798).

Dalam riwayat Hudzaifah bin Usaid radhiallahu’anhu, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda :
“Dukhan itu memenuhi timur dan barat. Tinggal selama 40 hari. Untuk orang mukmin, mereka terkena paparan sehingga seperti orang pilek. Sementara orang kafir, seperti orang mabuk. (Tafsir at-Thabari, 25/68).

Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Pada ummat ini akan terjadi (di akhir zaman) penenggelaman bumi, hujan batu dan pengubahan rupa”, ada seorang dari kaum muslimin yang bertanya, “Kapankah peristiwa ini akan terjadi ?”, Rasulullah menjawab, “Apabila musik dan biduanita telah merajalela dan khamr telah dianggap halal” (HR. Tirmizi No. 2212, Ibnu Majah No. 4060).

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Abdullah bin Abu Malikah, ia berkata :
“Pada suatu pagi saya pergi kepada Ibnu Abbas. Maka ia berkata, “Malam tadi aku tidak dapat tidur sampai pagi”. Aku bertanya, “Apa sebabnya”, beliau menjawab : “Karena orang-orang berkata bahwa bintang berekor sudah terbit, maka saya cemas akan kedatangan Dukhan yang sudah mengetuk pintu, sehingga saya tidak dapat tidur sampai pagi”.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mencantumkan perkataan Ali bin Abi Thalib yang berbunyi :
“Dukhan belum terjadi, orang mukmin akan menjadiseperti orang pilek. Lalu asap itu menghembus orang kafir sampai binasa.” (Tafsir Ibn Katsir, 7/249).

Selain itu, Ibnu Umar pun mengatakan :
“Akan keluar Dukhan, lalu orang mukmin terkena imbasnya hingga seperti orang pilek. Lalu asap ini masuk ke telinga orang kafir dan munafik sehingga kepala mereka seperti kepala hewan panggang.” (Tafsir at-Thabari, 22/17).

Setelah Ibnu Katsir menyebutkan riwayat yang mendukung tentang keberadaan Dukhan di masa mendatang, lalu beliau mengatakan :
Demikian pendapat masalah Dukhan, dari kalangan sahabat, dan tabiin, disertai hadis marfu’, yang shahih, hasan, maupun yang lainnya, yang kami sebutkan, merupakan dalil yang jelas bahwa Dukhan termasuk tanda kiamat yang masih ditunggu (belumdatang), disamping itu sesuai dengan makna teks al-Quran. (Tafsir Ibn Katsir, 7/249)

Akhirul kalam, demikian tulisan singkat ini penulis sampaikan. Semoga menjadi motivasi, agar kita ummat Islam selalu mewaspadai setiap peristiwa besar yang akan terjadi di akhir zaman, dalam keistiqamahan iman dan taqwanya.

AamiinYaaRabbal ‘Aalamiin..
Wassalam

SyaifulHusein – 0813 1724 9922
@Jawara2020-Numerik Al Quran

Tentang Maulud Nabi Muhammad SAW dan Sistem Penanggalan Islam (Sistem Hijiriyah)

Terlepas dari 2 pendapat tentang pelaksanaan Hari Maulud Nabi Muhammad SAW, dimana ada yang melaksanakan dan ada juga yang melarangnya.

Inti dari penulisan ini adalah ingin menyampaikan, tentang sejauh manakah kita sudah mengenal dan mengetahui tanggal kelahiran kita menurut perhitungan penanggalan Hijriyah ? Dan lebih jauh lagi adalah, sebesar apakah kepedulian kita terhadap perhitungan penanggalan Islam tersebut (sistem Hijriyah) ?

Dalam kajian yang saya lakukan, sebagian besar jama’ah yang hadir tidak dapat menjawab dan mengetahui tanggal kelahirannya, bila dihitung dengan sistem penanggalan Hijriyah.

Bahkan, tidak hanya sampai di situ, ternyata setelah ditanyakan lebih lanjut tentang nama-nama bulan Islam (dari bulan pertama sampai bulan terakhir) pun, hampir semua tidak mengetahuinya.

📝Sedemikian tidak pentingnya kah, penanggalan sistem Hijriyah bagi ummat Islam ?

📝 Sedemikian pentingnya kah memperingati tanggal kelahiran kita versi penanggalan masehi ? Sehingga tanggal sistem Hijriyahnya tidak perlu diketahui, diabaikan begitu saja ?

Hari-hari utama yang begitu penting dalam keIslaman, dimana sebagiannya terkait pula dengan kaidah-kaidah ibadah, seluruhnya berdasarkan sistem penanggalan Hijriyah, seperti :

  • Nuzul Al Qur’an : 17 Ramadhan
  • Israa’ Mi’raj : 27 Rajab
  • Shaum : Ramadhan
  • ‘Idul Fithri : Syawal
  • Rukun Hajji/ Idhul Adha : Dzulhijjah
  • 1 Muharam : Tahun Baru Islam

Lantas, mengapa sistem penanggalan Islam (sistem Hijriyah) lebih TIDAK DIKENAL, bagi ummat islam itu sendiri..?

Sudah selayaknyalah, sebagai ummat Islam, kiranya harus peduli juga terhadap sistem penanggalannya.

Bukankah dalam firmanNya (Qs. 103 Al ‘Ashr), Allah bersumpah tentang waktu ?

Artinya konsep waktu sedemikian vital dan sangat penting untuk diperhatikan !

Tentunya pesan yang dapat diambil dari sumpah Allah tersebut, selain kaidah-kaidah untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin, dengan amalan-amalan dan ibadah yang diwajibkan/disunnahkan, terkandung juga sebuah pesan penting, untuk memperhatikan tentang konsep perhitungan waktu itu sendiri, yakni sistem perhitungan masehi dan tentunya juga sistem penanggalan dalam Islam (Hijriyah) !!

Demikian disampaikan, semoga tulisan ini bermanfaat, demi menggugah kesadaran kita tentang kepedulian terhadap perhitungan waktu dalam Islam, sebagai ummat islam, tentunya SANGAT.. SANGAT.. SANGAT.. LAYAK UNTUK MENGETAHUINYA..

Wassalam

Syaiful Ipunk Husein

@jawara2020-Numerik_AlQuran